Malam di pertengahan fajar
Ramai, tak terdengar katamu, sungguh
bingar
Ketika aku bersambang
Senyum itu, ringan mengembang
Lantas, aku terbang, melayang
Terkejutnya mentari, kau sungguh
menarikku jatuh untuk tertatih
Berciri, dengan sanjungan khas
wanita
Yang pelan, bernada, tapi sejenak
kulihat hatiku berdarah
Merah, Sayang. Ini merah yang pekat
Lihatlah, bau amisnya kian menyengat
Tutup saja matamu agar tak memandang
darahku, terlagi aku
Buang mukamu ke lain arah, tapi
pintaku jangan ke belakang senja
Sebab itulah senja, yang paling
kutakuti selain cinta
Senja yang putih, yang menjelmaku
pergi, atau perlahan mati.
(IPM)
Sidoarjo, Sketsastra 2012
#Ilustrasi diunduh dari sini