Pages
Aku berterimakasih padamu, yang telah mencintaiku dengan bijak.
Akan selalu ada kesakitan antara kita, katamu. tapi aku akan bahagia, selama kita saling percaya.
Jangan pernah menyerah pada keadaan. bila kita tak mampu, yakinlah cinta kita yang akan mengubahnya.
Kita bukan kanak kecil lagi, katamu, yang terpesona hanya oleh sebuah ciuman.
Kau
pernah melihat senja?
Sungguh, perhentianku benar-benar tak
beranjak. Segala angan juga masih terpasung tak bergerak di sini. Ya, di tempat
ini. Dahulu, berlampau waktu, senyum itu mengembang kala teriknya surya
membakar setiap desah-desah napas. Tak kulihat sedih terlukis pada wajahmu. Dan
sesekali biarlah pena ini sejenak bercerita. Ada dahaga yang ingin kutuntaskan
sesegera. Haus yang hanya hilang oleh derasnya airmata, milik kita.
***
Lupakah kau? Lupakah kau ketika rintik
hujan deras mengguyur setiap jengkah kota C dengan pasti? Berpuluh payung rela
dikembangkan agar raga tak basah. Dan kita dipertemukan oleh waktu untuk bertatap
mata. Namun, itu bukan mauku. Bukan kehendakku yang diam berkaca pada bayangmu.
Sedetik-dua detik kita bersambang. Untuk kemudian bibir berucap, serta kata
selaksa air mengguyur mencairkan bekunya suasana. Sekejap, kau ada di depanku,
mengendarai motormu, mengarahkan pandangan dengan pasti ke jalanan Kota C yang
basah. Dingin bercampur asa.
Subscribe to:
Posts (Atom)