Frinji-frinji
bercahaya menguapkan serpihan senja. Senja yang teramat merah hingga setiap
yang melihat pasti mengedipkan mata dengan cepat. Sekelibat tampak seperti
tirai yang megah. Membungkus sebongkah peristiwa tentang antologi kisah.
Kumpulan lembar yang bercerita kepadamu tentang manis sendunya cinta.
Barangkali tak ada yang semanis jatuh cinta dan tiada yang sesedih
kehilangan.
Bagiku hal terindah adalah ketika kau mencintai seseorang yang
juga mencintaimu. Dan juga menurutku perihal paling haru ialah saat kau
mengharapkan seseorang yang sama sekali tak mengharapmu. Boleh jadi kau murung
mengenang satu atau dua analogi di atas. Namun, hidup memang selalu mencipta
pasangan sebagaimana seharusnya.
Pikiranku
melayang membawa ungkapan-ungkapan manis saat kehilangan cinta. Siapa bilang
putus cinta tak memiliki keindahan? Karena sungguh, indah atau tidaknya sesuatu
semestinya menurut sudut pandangmu. Dari sisi depan bisa jadi membiru
menguakkan tangis, tapi di lain sisi kian memesona dengan warna-warninya.
Di sepasang
mataku, aku senantiasa merasa jikalau perpisahan murni berwarna abu-abu. Warni
simbol keraguan abadi. Mengapa harus abu-abu? Tidakkah jingga atau ungu juga
merupakan warna keraguan? Entahlah. Mungkin sudah dibagi sedemikian baiknya
sehingga abu-abu yang menerima.
Kuingat lagi
lembar memori tentang manisnya kisah sedih. Kau tahu, tak ada yang lebih
melankolis dari kehilangan. Terlagi sengaja melepaskan untuk kebahagian
seseorang yang dicintai. Bagiku itu sangat tidak manusiawi. Mengapa dia
bisa berbahagia dengan orang lain di atas kesedihanmu? Mengapa kau rela
melepasnya untuk orang lain demi mengemas bahagia? Bukankah cinta harus
memiliki? Ya. Perlahan kutunjukkan tentang di mana kesalahanmu.
Ketika
seseorang benar-benar jatuh cinta, maka ia akan terus menjaga pasangannya tepat
di sampingnya, marah ketika ada suatu gangguan, serta takkan melepasnya untuk
orang lain. Takkan. Barangkali saat kau tak memiliki ketiganya, kusebut kau
tidak benar-benar jatuh cinta atau juga jatuh cinta semu. Dan apabila dia yang
kaucintau benar adanya mencintaimu, dia tak akan membiarkanmu mengemis secerca
perhatian kepadanya.
Jadi, coba
renungkan tentang apakah dia adalah sebenar-benarnya kekasih hati, atau juga
kamu memang pribadi yang pantas dicintai...
(IPM)
Surabaya, 1 Juni 2012
#Ilustrasi diunduh dari sini