Ada yang menangis sedih di awal
Januari.
Dialah kamu, yang menghias pergantian
tahun dengan sesenggukan melankolia. Berlomba dengan suara sunyi yang nyaring,
yang membisingkan setiap telinga kering.
Kamulah, yang menghantamkan
kepalan-kepalan tangan ke arah tembok yang murung. Beberapa orang, lantas
saling menghibur, namun tiada tawa yang tersembur. Segala larut dalam sedih,
kuterka semua merenungi sepi.
Oh, dia meninggalkanmu untuk suatu
tugas lain, perihal bertemu Sang Pemilik Hayat. Lalu, sesegera dia berlari
melepasmu. Dan kau, tersedu, sembari mengusap air mata yang deras luruh.
Harimu, kini tinggal frinji-frinji
cahaya yang pekat. Gelap. Dan bertambah dengan tangismu yang sesak. Kerabatmu,
erat memeluk raga yang lemas, sembari menghapus biru, di pelupuk pipimu yang haru.
Kini, tiadalah yang sesedih kamu. Tak
ada yang sesendiri ronamu. Kau terpaku, mengharap dia kembali untukmu. Namun,
tak satupun yang pergi akan kembali. Dan tak perlu air mata itu jatuh kian
bertepi.
Tunggulah, sebab nanti, akan ada masa
di mana kau dan dia bersua lagi. Ketika Tuhanmu menghitung, dan kau menerimanya
dengan wajah tak murung. Surga, bersama dia, dan kau yang tersirat di sana.
(IPM)
Surabaya,
1 Januari 2013
#Ilustrasi diunduh dari sini