Mengapa kita terpejam saat tertidur, saat menangis, atau saat
tertawa dengan selepas-lepasnya?
Tak lain bersebab hal terindah di dunia tak sanggup dilihat oleh
sepasang mata.
Aku telah mencarimu di
setiap tikungan senja. Dengan seksama, dengan hati-hati, dengan mata selalu
menyaksi beberapa lekuk yang sedang menghayati kepergian mentari. Ya, salah
satu momen paling petang di dunia adalah melepaskan sinar di tepian pantai.
Antara pedih, rasa tak rela, atau juga rindu berpeluk menjadi satu. Itulah
elegi di sore hari, selaksa kau ingin selalu mengulangi.
Dalam pencarian, pastilah
datang sebingkai perjumpaan. Jumpa yang menghapuskan dahaga akan dekapan rasa.
Jumpa yang mengoyak batin menjadi selembut sutera. Serta jumpa, yang akan setia
kukenangkan nyanyiannya menjadi bait-baik melodi yang sumbang.
Hadirmu pada perjumpaan
pertama sungguh aku tunggu dalam lelah. Sebenarnya, tak menemukanmu ialah
anugerah terindah. Sebab dengan begitu, aku bisa menjaga rasa akanmu
lamat-lamat, semakin pekat, semakin meluaskan permukaan hati tertambat. Tapi,
Tuhan terlalu ikut campur pada kisah kita. Sebelum kau siap, atau aku juga
siap, oleh-Nya, kita dipertemukan dengan ragu. Seperti mau, tapi tak mau yang
dipaksakan. Laksana ingin ditunda namun sentuhan ingin sekali diwujudkan. Lalu,
seperti ditakzimkan, tak bertahan lama hubungan ini kita jalani.
Aku lupa tepatnya, apakah kau,
ataukah aku, yang lebih dulu melambaikan tangan di persimpangan tempat kita
bertemu. Adakah tangismu tercucur tajam ketika bayangku mulai samar-samar menghilang?
Akankah kau temui rasa sepi sesaat setelah kepalaku berpaling ke lain sisi?
Jawabnya abu-abu. Sudah kubilang sebelumnya, kami masih meragu.
Barangkali setelah
perpisahan tadi, batinkulah yang lebih sering merintih. Gemuruh guntur di
tengah pekatnya hujan tak sanggup mendendangkan kecemasan. Silau kilat yang
menyapa juga tak kuasa mengalihkan perhatianku akannya. Sekarang aku tahu,
segetir inikah Tuhan mencipta rindu?
Oh, kata siapa seorang
lelaki lebih mudah melupa? Atau, ilmuwan mana yang berkicau jikalau lelaki
lebih dominan menggunakan logika, dibanding lembut perasaannya? Namun, adakah
lelaki yang masih memerhati logika, ketika nurani telah dimabukkan oleh rasa
cinta? Pernahkah kau mengalaminya?
Maka, untuk kedua kali,
aku isyaratkan pada Tuhan untuk mempertemukan kami. Aih, Tuhan mengiyakan. Mengapa bisa semudah itu? Oh, asal
kalian tahu, aku dekat dengan Tuhanku. Dan ketika kau telah dekat dengan
Tuhanmu, perlahan, buatlah Dia juga jatuh cinta padamu. Pujilah Dia dengan
asma-asma milik-Nya yang indah. Apabila kau tak hapal, kau tinggal cari di
halaman belakang atau depan kitabmu. Di sana, kelak kau akan temui kekaguman
hakiki akan jati diri-Nya. Lantas, dia akan tersenyum menatap makhluk-Nya yang
senantiasa menghambakan diri. Dengan sifat Maha-Nya, lantas dia menganugerahkan
kasih untuk menjatuhcintai hamba-Nya. Apabila seseorang telah jatuh cinta, maka
dia akan memberi segalanya. Kini, dengan analogi yang sama, tolong jawab
tanyaku: Bagaimana jikalau Tuhan yang
telah jatuh cinta? Adakah pembatasan pinta tak segera Dia kabulkan menjadi
nyata?
Perjumpaan kedua kami di
pelupuk mata, telah terlihat. Aku membawakan sekuntum mawar putih yang segar.
Sedang kau, hanya berlukiskan lesung, yang kuilhami berlebih untuk menyambutku
dengan sempurna. Kini, aku yang sangat cinta, sangat ingin memiliki lekukmu,
yang dibungkus dengan lembutnya hati seorang wanita tanpa ragu.
Sangat kuingat hari itu, di
mana kau mengenakan gaun berenda putih bersih yang anggun, serta mematut diri
di depan cermin oval sudut ruangan. Dilekatkan pula kosmetik-kosmetik picisan
pada wajahmu. Tak perlulah bedak atau maskara yang termahal, sebab kau telah
cantik sebelum perlengkapan itu dibubuhi pada halusnya rona. Kuterka, wangimu
sungguh akan menaikkan hasratku untuk mengikatmu pasti. Oh ya, beberapa orang
juga telah hadir di sini, jauh sebelum kau menampakkan diri. Mereka memakai
setelan perlente khas aroma orang
kaya. Entahlah, itu murni milik mereka, atau hanya pinjaman agar diakui sebagai
kaum terpandang. Ya, manusia memang sangat haus pujian.
Lihatlah, dia wanitaku.
Cantik, bukan? Menawan, bukan? Sudahlah, jangan menatapnya seperti itu.
Berlakulah seperti biasa. Apakah kau tak pernah melihat wanita surga
sebelumnya?
Ya, memang benar, salah
satu hal terindah di dunia ialah ketika kau menemukan kekasih hatimu secara
utuh, dan siap kau hadiahi dengan segenap cinta.
Namun, dalam kisahku, aku
menemukan hal yang lebih indah dan tak sanggup dilihat oleh sepasang mata: Ketika jari manismu disematkan sebuah cincin
permata, dan kau tersipu menerimanya, untuk kemudian kau mengenalkan Pangeranmu
kepadaku, yang terpaku memejamkan mata selamanya...
(IPM)
Bandung, Februari 2013
#Ilustrasi diunduh dari sini