Kau
tahu, mengapa Tuhan sengaja mencipta aral untuk sepasang manusia?
Kelak, aral dibagikan secara merata
pada setiap pucuk senja. Kau, tentu boleh mengambilnya sesegera. Kau pungut
aral itu, lalu kau buatnya menjadi debu. Tetapi, bisa jadi ada cerita lain
tentang aral. Yakni ketika kau menjamahnya, dan kau rusak setiap peristiwa yang
pernah diretas bersama. Namun, itu hakmu, sekarang, tinggal kaupilih mana yang
menjadi maumu.
Kau
tahu, mengapa Tuhan sengaja mencipta aral untuk sepasang manusia?
Nantinya, aral akan menguji
masing-masing makna kesetiaan bagi kita. Tentu saja, aral punya cara-cara jitu
guna mengkambinghitamkan sesiapa. Aral juga memiliki mulut-mulut yang senantiasa
berkata dusta hingga satu dari kita percaya. Oh, tapi, siapa yang lebih
sempurna di hadapan Tuhan? Adakah sepasang manusia lebih pantas dihadiahi
kenaikan tingkat pribadinya setelah aral berhasil digugurnya? Lantas, dengan
aral, kita semakin mengerti apa itu cinta, ketika kau melepasnya untuk menjadi
dirinya sendiri, dan dia hanya akan kembali padamu lagi.
Kau
tahu, mengapa Tuhan sengaja mencipta aral untuk sepasang manusia?
Tuhan itu gemar mencemburui. Ya,
ketika kau lebih memilih seseorang untuk kau perhatikan dibanding dengan Tuhan,
maka Dia menebar aral pada lika-liku hubungan. Dia titipkan aral pada saku-saku
celanamu, kornea matamu, gendang telingamu, hingga bibir tempat kau mengucap
rindu. Oh, mengapa Tuhan sekejam itu?
Aih, Tuhan Maha Penyayang, Sayang. Tuhan menghendaki seseorang untuk selalu
dekat dengannya. Saat kau mencintai seseorang bukan karna Tuhanmu, bisa
dipastikan hanya jeruji keluh yang akan kau temui di setiap lentera pagi. Lantas,
dengan segera, Tuhan menarikmu kembali, menuju cahaya yang lebih terang di
depanmu. Bayangkan saja, jikalau seseorang sedang jatuh cinta, maka ia akan
memberikan segalanya. Dengan analogi yang sama, cobalah kau renungkan,
bagaimana jikalau Tuhan sedang jatuh cinta kepada kita? Akankah kebahagiaan
tiada tertanam pada setiap langkah, segenap rasa, atau segurat wajah? Oh, aku
mengajakmu menjatuhcintakan rasa hanya pada Tuhanmu, Tuhan kita.
Kau
tahu, mengapa Tuhan mencipta aral untuk sepasang manusia?
Manusia itu tempatnya abu-abu. Ragu,
atau juga gamang ialah hakikat terdalam bagi sepasang insan. Coba kau tebak, apa yang sangat ditakutkan
oleh manusia, terlepas dari Tuhannya? Jawabnya ketidakpastian. Kelak,
manusia akan bimbang mengenai hidupnya karna ketidakpastian. Ada yang merintih
memohon derma, tapi tiada pernah melakukan usaha. Ada yang memohon untuk
dipertemukan kepada seorang kekasih, namun ia masih mengais masa lalu yang
perih. Oh, bukankah aral ialah tanda untuk seberapa kuat sepasang manusia
menghadapi kerasnya lidah-lidah dunia? Maka, berpura-puralah mendengarkan
perkataan aral. Kau, ibumu, serta Tuhanmu-lah yang paling pantas kau percayai.
Yang lain, hanya akan menguak bias-bias elegi.
Kau
tahu, mengapa Tuhan mencipta aral untuk sepasang manusia?
Sudahlah. Tak usah banyak menebar
tanya. Kau sudah mengerti mengenai aral serta filosofi yang ada di dalamnya. Kau
cukup menjadikan aral sebagai temanmu, sahabatmu, yang akan mengingatkan ketika
tingkat pribadimu semakin tinggi. Kala aral kuat menghujam segala hubunganmu,
percayalah, ada tangan-tangan yang senantiasa membantumu berdiri. Ialah Tuhanmu,
lewat aku, yang kautakzimkan mengisi lembarmu, satu.
(IPM)
Bandung,
Februari 2013
#Ilustrasi diunduh dari sini