Ada yang mengerang pada terangnya malam.
Kau, lengkap dengan rona serta parasmu, mengeluh meminta sebuah perhentian
sakit. Tuhanmu, sepertinya ingin bermain-main dengan skenario terbaru. Untukmu,
wanita yang dianggap-Nya kuat menahan segala permasalahan.
Jikalau kau berdoa, kuharap, kata-kata
ini yang tertera: Tuhan, jangan ringankan
bebanku yang menganugerahkanku tumbuh, namun, kuatkanlah pundak ini agar sanggup memikulnya. Aku tahu, Kau tiada pernah memberi sebait beban melebihi
batas kesanggupan seorang insan. Sebelum aku berucap, sepertinya kau telah
lama berderap, merintih pada Tuhan.
Kau, laksana perangai yang anggun tercipta. Ketika suasanamu gundah, ingatlah, ada mata-mata yang senantiasa memerhati. Kelak, alis mata itu berusaha menghapus ragu pada belah mimpimu. Hitam-putihnya, rela terus terjaga demi kebaikanmu di sana. Dan masih tentang mata itu, kau tahu, akan mengajakmu melangkah menuju seanggun-anggunnya manusia.
Pada hari ini kau mengerang. Namun,
tancapkan pada sebaris laramu, ada hari-hari senang yang akan menunggumu di
belakang. Bukankah roda akan senantiasa berputar? Bukankah derita akan menjelma
menjadi suka cita? Dan bukankah sakitmu hanya akan berlalu seperti debu-debu
terdahulu.
Untukmu yang sedang mengerang. Bahagiamu,
akan segera datang. Semoga lekas sembuh, Anis, kekasihku.
(IPM)
Bandung,
Februari 2013
#Ilustrasi diunduh dari sini