Senyum di Pertengahan Maret

March 19, 2013


Pada hari ini, ada lesung yang melengkung tak seperti biasa. Kau tahu, apa makna di balik bertambahnya usia? Di sana, kau akan kehilangan satu-demi-satu hari yang kau punya. Kau dermakan ia, kau gadai makna terpekatmu bersama waktu. Lantas apa itu waktu? Adakah ia hanya datang untuk melukis senyum yang tak paripurna? Katamu, waktu bukanlah kosmetik kecantikan, melainkan bagaimana caramu memberi harga pada kehidupan. Aku terhenyak, masih memikirkan kalimat teragungmu, yang membuatmu membisu pada hari terbaikmu.
 

Kau, Anis, melewatkan setahun, atau juga bertahun lalu untuk meraibkan diri pada hal-hal sempurna. Kau menemui berbagai macam manusia hingga bersambang denganku, melalui media yang sungguh tak terjangkau waktu. Aku datang, dan kau anggap berbeda, sehingga kau suka akannya. Oh, adakah itu ialah topeng teruntukmu, ataukah memang asli yang ada pada diriku? Semua tiada tahu, hanya waktu, yang akan membungkamku lewat narasinya.

Apa yang kau minta hari di hari paling berbahagiamu? Mungkinkah kau menginginkan kejutan yang tiada pernah terlupakan? Ataukah buku kenanganmu bersama lekak-lekuk perhentian? Atau malah aku yang ternyata sungguh kau inginkan? Jawabnya misteri, dan wanita, sejujurnya ialah makhluk dengan sejuta tanya. Namun, aku suka.

Lain waktu, sudihkah kau merayakan hari terbahagiamu lagi, bersamaku, bersama senja yang menyingsing di balik siang. Kelak, matahari seakan enggan meninggalkan hari-harimu sendiri, ia senantiasa menemani, tak mau pergi. Andai matahari itu ialah aku, yang tak pernah kau ragukan keikhlasannya akanmu.

Kini, tak perlulah kau menebar tanya tentang kekhawatiran-kekhawatiran semu. Itu hanya bayangan gelapmu yang mengisyaratkan keinginan. Tatap aku, lihat mataku, barangkali janjinya tak akan pernah kau percayai lagi, mungkin saja ucapnya nanti tiada sanggup kau pegang pasti, tetapi, sebelum itu terjadi, sekali ini, kau hanya perlu menikmati, indahnya roman menjadi sebait kenyataan.

Dariku untukmu, dengan wajah pasi selaksa sekerat roti, dengan kemeja tersingsing, serta dengan keseriusan utuh, aku ucapkan: Selamat Ulang Tahun padamu.

Lain waktu, semoga aku masih bisa membuatkan “karya” untukmu.
Tetap tersenyum, wanitaku...
(IPM)

Bandung, Maret 2013

Followers