Tabrak
aku, wahai bus kota! Aku ingin merasakan mati, dengan memori yang bersimbah
darah dan luka!
KLAKSON bus kotamu berbunyi
berkali-kali. Supirnya mabuk, sering menyela para pemakai jalan lain yang
berjalan rapi. Kau, terus memegangi tangkai bangku di depanmu. Erat. Demi detik
menjauh, semakin enggan kau melepas ragu. Raihmu melemah, tak tahan lagi. Untuk
akhirnya kau menyerah, turun dari bus sialan itu, bersama ibumu.
"Kiri Pak! Kiri!"
teriak ibumu kencang.