Hari ini tepat pukul 00.01 ketika
larik tak bermajas ini diretas. Selamat pagi! Adakah kau, Dya, bergumam di
antara pagi yang temaram? Aih, tak perlu kau berpikir dua kali untuk berbahagia
hari ini. Sebab tawa, atau juga derita ialah sepaket kado yang takkan terpisah.
Barangkali kau menyadari, saat tawa erat kau retas, boleh jadi derita
lamat-lamat kau gamit pekat. Dan itulah hidup, selaksa lakon untuk sesiapa yang
pemberani.
Dya, kau tahu siapa itu pemberani?
Kau tak menghirau, masih menuntun
pandangmu ke arahnya, yang lekat-lekat tak berpaling membalas tatapmu. Dialah
dia, pelangimu, yang kau takzimkan mengisi kekosongan hati, kala momen terindah
dulu dikecewai. Aku pernah kau tumpahi kisah, hingga sanggup kulahirkan cerita mewujud
nyata.
Kisahmu, barangkali seperti beberapa
roman terdahulu yang berhias elegi. Entahlah, sepertinya manusia memang
terlahir untuk kesedihan. Air mata, rintihan sesal, gumaman tak berujung
kepastian ialah bahasa dari seorang wanita anggun yang tengah menanti
pangerannya. Namun, di mana dia, Dya? Pernahkah kau mengundangnya untuk sebuah
nyata yang sempurna?
Jawabnya belum, karena, kodrat wanita ialah
laksana penunggu yang paling penyabar. Kau tahu, tiada yang lebih sabar
dibanding wanita. Ketika wanita sedang jatuh hati kepada seseorang, apakah
pantas dia lebih dulu mengutarakan? Adakah ego itu dibuang jauh untuk sebuah
kepastian? Aih, jangan, Dya, jangan! Jangan kau merutuk tangis di bawahnya. Kau pasti tahu
bagaimana memposisikan diri menjadimu, serupa jelita yang pura-pura tak butuh.
Dari bibirmu meruak karakteristik lelaki
menurut hitam putih mata, seperti dia, lelaki bayanganmu, yang kau puja
kepintarannya, yang kau genggam anggapan baiknya, serta segala macam sisi
positif akannya. Oh, di mana letak logika ketika seseorang sedang jatuh cinta?
Pungkasnya tengah lumpuh, dan kau, mungkin telah mengalami itu.
Kau ingat romansa Romeo-Juliet atau Napoleon-Josephina
dahulu, yang sang lelaki berjuang untuk mendapatkan 'telinga' wanitanya.
Barangkali, mereka tak pernah berpikir jikalau kisah memang terkadang tak
seindah harapan. Tetapi, adakah yang menjamin segala berujung kenyataan? Tak
ada, hanya saja kuulangi, hidup memang cukup teruntuk sang pemberani.
“Apa itu berani? Siapa itu pemberani?”
tanyamu.
Berani ialah mereka yang meruap segala
hal yang tak pasti. Bisa saja dia menggandeng sedih, atau malah boleh jadi
memeluk tangis, tetapi dia tak peduli, terus mempercayai satu: sempurnanya
kisah hanya teruntuk dia yang mencobanya. Ketika dia meminta kau menunggu
sampai segalanya siap, hampir pasti semua takkan pernah siap. Sebab, tiada yang
mengerti tentang batas waktu, dan kau, hanya akan menantinya berpaling,
seolah-olah ke arahmu.
“Aih, kau terlalu banyak berkata,
Tukang Cerita. Kau tak menjalaninya!” kau berteriak, sesaat, telingaku pekak.
Tenanglah, kau hanya perlu menarik
napas dalam-dalam. Kau punya Tuhan, bukan? Apa kau sebegitu mengenal-Nya,
melebihi dari kau mengenal dia? Oh, kuberitahu kau, Dya, bahwa Tuhan itu Maha
Pencemburu. Saat kau lebih memandangnya daripada-Nya, Dia menarikmu kembali
agar menguapkan dia demi Dia. Dan apakah kau juga tahu, bagaimana Tuhan itu
Maha Mencintai? Ketika kau rajin bersolek karna-Nya, barangkali harimu akan
senantiasa indah, serta menarik kata sempurna. Maka, kau hanya perlu
mempercayai hukum-Nya: wanita baik hanya untuk lelaki baik, dan sebaliknya.
“Dya, sekarang kau lebih nyaman, bukan?”
Berbahagialah, kau tak boleh bersedih
hari ini. Kau ingat, Dya, sembilan belas tahun yang lalu, kaki-tangan mungilmu
meraibkan rahim menuju ke dunia. Kau pun sesenggukan mengiangkan tangis. Ibumu
bersyukur pelan, selagi kau mencari-cari angan. Ada hari di mana kau melukiskan
senyum, ketika usiamu bertambah, dan ada yang lekat-lekat ingin mendekatmu
tanpa asa. Dialah dia, malaikatmu, yang pelan-pelan tak meruapkan ragu, untuk
dalam sunyi memandangmu.
Panggil aku Tukang Cerita. Jikalau masih
ada waktu, kisahmu yang lain, pasti kuguratkan dalam naskah, semoga menjadi
nyata.
(IPM)
Bandung, April 2013
*Selamat ulang tahun, Dya! Semoga dengan bertambahnya usia, bertambah pula keberkahannya. FOKUS, Mbak, FOKUS!*
#Ilustrasi diunduh dari sini