Meja di sudut rumah makan cepat saji
dekat kampus ialah tempat favorit bagi kami untuk mengulum masalah duniawi. Di
sana, tiada yang menghirau setiap tanya atau tawa. Semua manusia acuh-tak-acuh,
berpegang pada urusannya sendiri. Dan kami, selalu memiliki bahan untuk
dijadikan cerita. Maka simaklah!
Pages
Tak perlu bergelar
Eyang untuk bisa dekat dengan beragam perempuan. Contohlah dia, Tuan, pria
sejati untuk para perempuan...
AKU masih menyalakan mata, untuk sebuah perjalanan
terakhir malam ini. Lampu-lampu natrium, kekuningan menguapkan kabut. Perlahan,
terdengar suara napas panjang berpeluh di balik kursi tempatku mengemudi. Tak
perlu kuperhatikan, aku hanya harus memastikan keduanya aman berpulang; pada
tepi jalanan, dan pada rumah penderma yang megah nun elegan.
"Sudah sampai, Tuan, silakan!" kataku saat
subuh berangsur menggusur malam.
***
TUANKU begitu ramah ketika berbicara dengan rekannya.
Dia, selalu bisa menempatkan diri pada setiap percakapan. Bibirnya manis,
seperti hendak mengulum seluruh telinga yang memerhati.
Pernahkah kau jatuh
hati pada sepasang mata seseorang, hingga kau tak kuasa menggenapkan?
Perkenalkan, asmaku Satrya, lelaki seumuran suami-suami
muda yang tengah merintih karirnya di dunia. Aku belum beristri, belum pula berikatan
dengan seseorang yang kau takjub akan menjadi rahim tempat benih putramu kau
tanam. Aku bebas, selaksa merpati pada sepenggalah langit, yang putih, yang
bersih, yang gemar mencukil tiap kenangan-kenangan sunyi.
Lihatlah, ada yang masih bermata pada hari yang telah
lelap. Siapa pemilik mata itu? Aku ingin tahu.
***
AKU menyukai matanya yang teduh, selaksa mengguyur luka
dengan air cuka. Perih. Pedih. Namun perlahan, coba kau rasakan, kau akan
sedikit demi sedikit menikmati nuansa dalam kesakitan. Maka, siapa bilang
manusia tak mencintai sakit?
Jika engkau
pantas bagi yang lebih baik, orang yang kau kira kau cintai sekarang tapi yang
tidak cukup baik, akan diganti.
Meskipun
logis, tapi pasti tidak mudah.
Karena, engkau
cenderung merasakan perpisahan dari orang yang saat ini kau ‘rasa’ kau cintai -
sebagai ketidak-adilan kehidupan.
Subscribe to:
Posts (Atom)