DENTING radio bergumam bak orang
kedinginan di kala hujan. Ya, hari ini memang rintik turun dengan derasnya.
Sesiapa tersapu. Mulai pedagang asongan lampu merah yang lusuh, tukang becak di
persimpangan pasar Kamis, penyanyi jalanan yang bergelayut di pinggiran halte
seraya menunggu bus yang hengkang, serta kamu, yang terdiam sendiri sarat ragu.
Seluruhnya berteman gigil yang senyap.
Tak bertenaga. Sering pula aku melihat wajah-wajah biru bekas tiupan udara pada
basahnya hujan. Semampai, selaksa rantai yang menggaris setiap daging dengan
tajinya.
Biru itu, kelak akan hilang dengan
sendirinya, ketika cahaya datang menguakkan hangat. Tapi, mentari takkan datang
lagi hari ini. Dia tengah tergelincir setengah jam yang lalu di ufuk barat. Dan
biru, barangkali akan setia bergelayut hingga esok hari, pada ragamu.