Pada Ramadhan tahun ini, aku berlatih membiasakan diri
jama'ah di masjid. Kebetulan, dari rumah, tempat ibadah tersebut tidak terlalu
jauh. Barangkali semua sudah tahu, jikalau lelaki muslim lebih utama untuk
mendirikan shalat dengan berjama'ah di masjid. Usut punya usut, beberapa
menyebut berlipat 27 derajat daripada munfarid.
Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya' mungkin cukup mudah
untuk dijalani. Sebab waktunya bertepatan dengan berpijarnya mata. Tetapi Subuh,
subhanallah, harus berperang dahulu dengan kantuk dan setan yang menggelayuti
diri untuk tidur lagi. Dalam adzan pun disebutkan bahwasanya "Asshalatu
hairum minnan naum," namun itulah manusia, yang belum meraih derajat taqwa,
masih setengah-setengah.
Bertajuk Ramadhan, ba'da sahur haram bagiku untuk tidur
lagi. Takut tidak bisa subuhan,
sebutan untuk mendirikan shalat subuh. Dan, bersebab setan pengganggu sedang
dibelenggu, maka mata ini masih bisa berpendar sampai adzan, sampai melangkah ke
halaman masjid, sampai meluruskan shaf shalat, sampai takbir berkumandang,
ruku', i'tidal, sujud, salam, dan sampai kembali ke rumah. Perkara lanjut tidur
setelahnya, itu masalah lain. Tergantung cahaya matahari, kalau cerah mari bermata,
kalau menyedih mari berselimut lagi.
Namun, ada 'fenomena' tak biasa yang kuperhatikan ketika
hendak keluar dari masjid. Tentu, aku masih mengingat bagaimana langkahku
memasuki ruang rumah Allah. Melepas sandal jepitku, lengkap menghadap ke arah
pintu masuk (arah barat). Tetapi, saat pulang, aku justru terkejut bersebab
sandal jepitku menghadap ke arah berlawanan (arah timur). Telah bersiap untuk
langsung dipakai dan melenggang.
Oh, ada yang berbaik hati membalikkan posisinya. Tidak
sesekali, melainkan setiap hari. Siapa gerangan dia? Insan itu, sungguh berhati
putih, memperhatikan yang detail, yang tidak diperhati oleh sebagian orang.
Namun, dia pasti sangat tahu bahwa Allah ialah Maha Mengetahui. Perbuatan
terpuji sekecil apapun, apabila Allah meridhainya, boleh jadi nantinya bersebab
itulah dia masuk ke dalam surga.
Kau ingat, bukan? Tentang seorang (maaf) tunasusila yang
masuk surga setelah menimbakan seember air untuk seekor anjing yang tengah
kehausan. Dan tentu kau juga masih ingat, akan kisah seorang yang sangat alim beribadah
tetapi masuk ke dalam neraka. Penyebabnya sepele,
dia tak sengaja menyimpan sebuah barang yang bukan menjadi haknya, dan Allah
tidak meridhainya. Sungguh, bagaimana cara mendapat ridha Allah hanya Dia yang
Maha Tahu.
Sebagai manusia, terlagi yang bersiap memantaskan diri
untuk jadi insan bertaqwa, hendaklah kita berlomba mengerjakan kebajikan.
Seperti seseorang yang 'membalikkan posisi alas kaki' jama'at tadi, agar dengan
mudah menuju ke rumah.
Siapapun kau, wahai seseorang yang 'membalikkan posisi
alas kaki' jama'at tadi, semoga Allah meridhaimu. Semoga surga Allah, yang
sebersih lakumu, yang kelak kau warisi di akhirat nanti. Amin.
(IPM)
Surabaya,
Juli 2013