Jika lelakimu berkata bahwa dia akan
mencintaimu selamanya, tentu saja dia sedang berdusta.
Bukankah dunia ini memiliki batas?
Bukankah setiap kasih, atau juga
perasaan mempunyai tenggat akhir?
Lalu, mengapa kau merutuk atas segala
yang pergi?
Akankah dengan begitu, lantas dia
kembali?
Maka, lepaskan.
Bebaskan.
Biarkan dia pergi membawa kenanganmu.
.
.
Pintaku, lihatlah lamat-lamat
sekitarmu.
Adakah dia yang lain tengah berbahagia
atas kepergiannya?
Adakah dia yang lain bersiap menghapus
sedihmu untuk membangun lesung tawa?
Adakah dia yang lain kini menemani di
setiap senja?
Atau, adakah dia yang lain itu adalah
aku, yang mewujud sahabatmu, yang bersiap merengkuhmu, kala ragamu benar-benar
butuh.
p
p
Tenang saja, aku tak memaksa.
Aku hanya memberi opsi, siapa tahu kau
memahami.
Inilah aku, lelakimu, yang hanya
menanti, batinmu sudih memaknai.
–idhampm–