Kalian tentu tak akan paham mengapa langit kemarin
selaksa cerah. Awan abu-abu berarak, tetapi merah kian dominan. Petang di Kota
L selalu mewujud romantis. Di pucuk utara, hanya terpisah jengkal beratus meter
sebelum menyaksi debur lautan, aku berdiri memejam. Kubiarkan mata ini memeluk
gelap.
Dalam hitam, teringatku perihal rangkaian frasa dari seorang
sahabat. Ketika mustikamu tak dapat
mencerna, bukankah hatimu bertambah peka? Kau, akan sanggup menyaksi yang kasat,
pungkasnya.