Seorang pria beristeri tanpa sengaja
berkenalan dengan seorang gadis di sebuah kantin kompleks perkantoran. Bersebab
ada urusan pekerjaan, mereka pun bertukar kontak.
Malam harinya sang gadis mulai bercakap dengan pria
tersebut.
Gadis : Mas, hebat ya. Punya usaha
sendiri, sukses pula.
Pria : Terima kasih.
Esoknya
sang gadis menelepon sekadar bertanya kabar.
Gadis : Kapan ya Mas, kita makan bersama
lagi?
Pria : Kapan saja boleh.
Setelah
itu, mereka masih sering berhubungan melalui pesan singkat dan
telepon, sesekali mereka juga pergi makan siang
bersama.
Hari-hari
berlalu, tiada hari tanpa kontak antara mereka. Sampai suatu hari,
sang gadis mengirim pesan singkat. Mas... sebenarnya aku mencintaimu. Aku
tahu kamu sudah
punya keluarga, tapi aku mau menerima kondisi sebagai isteri kedua. Aku siap, Mas. Dan maaf aku mengganggu perasaanmu, ujar
gadis itu.
Dengan
berat hati pria itu menjawab, Dik, aku
mengerti dan paham maksudmu. Tapi dengan berat hati, aku harus menjawab TIDAK! Aku tahu kamu memang cantik, dan aku yakin semua lelaki pasti mengatakan tubuh dan parasmu elok dan jelita.
Tapi,
tahukah kamu mengapa aku bisa tampil baik dan usahaku sukses?
Itu semua karena dorongan dan semangat
isteriku. Sungguh sangat berdosa kalau aku harus
berselingkuh dengan seseorang yang hanya mengagumiku, karena tahu kalau aku sekarang sudah sukses.
Kamu
menyukai aku tidak ikhlas, kamu hanya melihat tampilanku semata. Padahal, ada seseorang tersayang di rumah yang telah bersusah payah mendorong aku agar selalu tampil sebaik mungkin, dia adalah isteriku tercinta.
Kalau kamu
menyukai aku, artinya kamu tinggal
memetik hasilnya, dan cara ini tidak pernah abadi.
Tahukah
kamu bahwa aku memulai ini dari nol, dan isteriku yang selalu mendampingiku di kala susah, terpuruk, dan sukses seperti ini. Tahukah kamu bahwa isteriku yang selalu mendoakan kesuksesanku hingga aku bisa menjadi seperti ini. Kamu memang cantik, tapi hati isteriku lebih cantik.
Terima
kasih atas cintamu, maaf aku tidak bisa membalas seperti kehendakmu.
Wahai pria, sanggupkah engkau setia?