Claire menulis sepucuk surat untuk Juliet, menyimpannya
dalam amplop, serta menanggalkan pada dinding sebuah bangunan di Verona. Claire,
begitu mencintai Lorenzo. Hanya saja, memang cinta, selalu memiliki
‘kejutan’ terbesarnya.
Saat itu, Claire
masih berusia 15 tahun, masih anak kemarin sore, yang berusaha mengerti apa
makna sebuah rasa. Tulisan dalam kertas itu ialah ungkapan kekalutan diri.
Namun, lembar itu hanya terselip, tak terbaca, lalu menua bersama usia.
Dear,
Juliet.
I didn’t go
to him, Juliet.
I didn’t go
to Lorenzo.
His eyes
were so full of trust. I promised I’d meet him to run away together because my
parents don’t approve. But instead, I left him waiting for me, below our tree,
waiting, and wondering where I was.
I’m in
Verona now.
I return to
London in the morning and I’m so afraid.
Please,
Juliet, tell me what I shoud do. My heart is breaking, and I have no one else
to turn to.
Love,
Claire.
Lima puluh
tahun berlalu, takdir tetiba menggetarkan mereka. Sophie Hall, gadis
penemu surat bimbang milik Claire, dengan sepenuh hati, menggurat
balasan tanya itu.
Dear,
Claire.
‘What’ and
‘if’ are two words as non-threatening as words can be. But, put them together,
side by side, and they have the power to haunt you for the rest of your life.
What if?
What if? What if?
I don’t know
how your story ended, but if what you felt then was true love, then it’s never
too late. If it was true then, why wouldn’t it be true now?
You need
only the courage to follow your heart.
I don’t know
what a love like Juliet’s feels like, a love to leave loved ones for, a love to
cross oceans for, but I’d like to believe, if I ever were to feel it, that I’d
have the courage to seize it.
And, Claire,
if you didn’t, I hope one day that you will.
All my love,
Juliet.
Cinta itu
tak memiliki batas waktu. Tiada basi, atau juga usang. Bahkan, cinta yang
terlihat lelah dan tak bertenaga, bisa jadi masih memiliki ‘nyawa’ yang kian
sempurna.
Oh, tentu kita
tak mau merupa Claire-Lorenzo, yang harus menunggu separuh abad untuk
kembali bersama, kan?
Untuk
jawaban tanya itu, di sini aku, memperjuangkanmu...
(IPM)
Bandung,
Januari 2014