Saat itu...
Kuingat kau memakai celana kain
panjang berwarna maroon. Atasanmu
cukup kaos putih bergaris hitam, berlengan hingga jemari, terjulur menutupi
sendi-sendi. Tudung penutup mahkotamu kurasa memantulkan violet, atau juga putih, sebab silau sekali pagi itu untuk memaknai.
Saat itu...
Saat itu...
Kuterka kakimu tengah basah bercampur
gigil. Sebagian telapakmu tertutupi pasir hitam pantai yang mengalir. Ombak
menggerakkan. Ke sana. Ke mari. Membawa harap, sedih, duka, dan cita.
Menggulungnya merupa satu, mewujud indah.
Saat itu...
Kutatap ronamu lekat-lekat. Senyum
itu, kerling itu, masih saja membekas dalam angan. Semakin dalam, semakin sukar
padam. Dalam hati, pernah aku bermimpi untuk membingkai. Agar tak lapuk. Agar
tak termakan usia. Batinmu membuncah, menginginkan sesiapa singgah.
Saat itu...
Aku mengguratmu dalam piksel. Di atas
cetak biru, yang hingga kini menjadi kenangan. Kau tahu, dengan modal potretmu,
aku menggores rautmu utuh. Inilah hasilnya, semoga kau suka, Tya!