Aku selalu suka
memandangnya. Terlalu suka bahkan. Apalagi ketika dengan nada sumbang dia bergumam
akan tembang Passenger. Dia
menggerakkan jemari, memainkan pena sembari berdendang lagi...
staring at the bottom of your glass
hoping one day you'll make a dream last
but dreams come slow and they go so fast
you see her when you close your eyes
maybe one day you'll understand why
everything you touch surely dies
“Apa yang kamu
lihat? Dasar, sudah, sudah... kerjakan tulisanmu itu, jangan terus memandangi
aku,” ujarnya, saat aku termenung di depan tatapnya.
Dia lantas bernyanyi lagi. Tidak keras. Tidak merdu. Akan tetapi, aku menikmati lengkung suaranya, membuatku terasa berada di rumah. Mungkin, aku akan sangat rindu jikalau suatu saat nanti dia pergi dariku.
Dia lantas bernyanyi lagi. Tidak keras. Tidak merdu. Akan tetapi, aku menikmati lengkung suaranya, membuatku terasa berada di rumah. Mungkin, aku akan sangat rindu jikalau suatu saat nanti dia pergi dariku.
***
Senja dan
hujan. Gemericik dan lelap tatapan kamar. Jendelaku tertutup. Tirai kasaku
sengaja terbuka. Air menetap di sisi-sisi kaca, seakan ingin tahu tentang
nada-nada yang lepas tapi tak bertemu.
staring at the ceiling in the dark
same old empty feeling in your heart
'cause love comes slow and it goes so fast
well you see her when you fall asleep
but never to touch and never to keep
'cause you loved her too much
and you dived too deep
Dan... lantun
suaraku terhenti.
***
Masih tentang Passenger-nya. Masih tentang dia. Masih
tentang senyumnya saat menyanyikan lirik-lirik magis tak kenal masa. Masih
tentang perih, pedih, sedih, yang disaput tanpa arti.
well you only need the light when it's burning low
only miss the sun when it starts to snow
only know you love her when you let her go
only know you've been high when you're feeling low
only hate the road when you’re missin' home
only know you love her when you let her go
and you let her go...
Dia tengah
bernyanyi. Lebih merdu. Lebih harmonis dengan tambahan beberapa simfoni. Dia
tak menghirauku, terus melantunkan liriknya tanpa ragu. Dia lupa, bagaimana
tatapan lelaki terdahulunya menatap kala dia tengah bergumam.
Dia, tengah
bernyanyi di hari pernikahannya. Didampingi seorang pria, yang dalam harap
merupa aku. Tapi sayang, bukan aku.