Ternyata
bumi Tuhan itu luas...
Sehari
lalu, aku berkunjung ke tanah lapang berdekat tenang perairan hijau. Masyarakat
sekitar menyebutnya Green Canyon.
Namun, aku tak seberapa peduli tentang makna nama tempat itu. Yang kutahu hanya
ingin aku menghirup udara bebas, tanpa kungkungan gedung-gedung pencakar yang
menyesakkan.
Perahu
kayu bersayap di kedua sisi mengantarku ke tengah perairan. Lebih jauh, rutenya
menepi ke arah muara dekat lautan. Ombak begitu kencang, sementara perairan
cukup dalam. Oh, dari atas perahu tiada yang memakai life jacket. Rautku berubah khawatir. Akan tetapi, batinku kontras,
tertawa cukup keras.
“Sehina
inikah menjadi manusia? Saat datang sebuah bahaya, barulah ingat kepada Sang
Pencipta,” aku tengah berbicara dengan diri sendiri.
Bibir
ini berbisik pelan, ber-istighfar, sembari berdoa agar selalu diberi
keselamatan. Kalau dipikir, begitu lemah raga ini dibandingkan segala cipta-Mu.
Hati yang terlalu angkuh, hanya tertiup oleh angin kuat lautan langsung jatuh
meluruh.
Kalau
saja raga ini tertimpa suatu bencana di sana, tiada yang mengerti bagaimana
nasibku kini. Aku mungkin akan menimbang tentang seberapa berat amalan baikku
di dunia. Lalu, sekejap saja, angan itu sirna berganti bayangan hitam akan
seberapa banyak perbuatan dosa yang senantiasa ditunaikan.
“Ya
Tuhan, ampuni aku... Jika kau cabut nyawaku sekarang, niscaya aku termasuk
orang yang merugi. Maka, beri hamba-Mu waktu untuk memperbaiki diri,” nurani
mulai membuncah lagi.
Tak
berlama, perahu kayu ini berpindah haluan. Ke arah ketenangan, air yang hijau,
hingga gemuruh yang tak lagi bersuara. Buku catatanku sengaja kubuka,
menuliskan kisah yang akan kuguratkan.
Tentu,
sebuah pengalaman tersendiri menulis cerita di atas perahu yang tengah
berlayar. Dikelilingi hutan hijau lestari, beberapa tumbuhan air di permukaan,
terik mentari, serta kamu.
Oh,
kamu sedang tidak berada di sana. Kamu di sini, di anganku. Hasratku berandai
bagaimana jika suatu saat nanti kamu kumiliki. Barangkali, akan kuajak kamu ke
mari. Berdua saja, tanpa yang lain. Jangan khawatir, aku akan persiapkan dua
buah life jacket untuk kita.
Aku
ingin tahu, apakah kamu akan mau mengenakannya, atau justru kamu ingin
menyerahkan keselamatanmu kepada Tuhan kita saja...
Bandung, Mei 2014