Ceritanya,
penulis blog ini (saya) tengah kerja praktik atau magang selama lebih kurang
sebulan ke depan. Sebagai informasi, saya berasal dari jurusan kimia dan
tinggal di Kota Surabaya sehingga (singkat kata) dipilihlah PT Pertamina Cab.
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya untuk menjadi tempat magang. Alasannya dekat
rumah, serta ingin menghabiskan bulan puasa bersama keluarga.
Awalnya, saya
bingung ketika sampai di lokasi pada hari pertama. Maklum, Pertamina di sini
mengurus bagian bongkar-muat Bahan Bakar Minyak (BBM) dan pelumas dari kapal
minyak segede gaban atau biasa disebut Ocean Tanker untuk
ditampung di tangki raksasa dan didistribusikan ke seluruh bagian Provinsi Jawa
Timur, sementara latar belakang penulis ialah seorang praktikan laboratorium.
“Apa yang bisa
saya bantu di sini, Pak?” tanya saya ragu-ragu kepada mentor kerja praktik.
“Kamu bisa bantu-bantu di Lab Quality Control-nya saja ya,” jawab
beliau. Akhirnya, setelah mengurus bagian administrasi, diantarlah saya ke
bagian Lab QC BBM dan pelumas.
Setiap hari,
saya diwajibkan datang pukul 07.30 dan baru pulang setelah pukul 16.00. Jujur,
saya salah kostum pada hari pertama magang. Kemeja bergaris cokelat dengan
dominan putih, celana kain hitam, ikat pinggang berbahan kulit, serta sepatu pantofel
dengan PeDe saya kenakan. Dan, setelah sampai di lapangan, apa yang terjadi?
Ya, setelan tadi harus saya tanggalkan, diganti dengan Alat Perlindungan Diri
(APD) semisal: helm, baju lapangan, rompi keamanan, dan sepatu berat dengan
bahan menyerupai logam. “Well, tahu gini tadi datang pakai baju santai
saja,” saya menggerutu.
Lebih parahnya,
lab QC berada di area belakang sehingga saya harus berjalan melewati
Zero Zone (zona dengan keamanan lengkap) untuk bisa sampai. Kalau sudah masuk lab,
rasanya 180 derajat berbeda keadaannya. Ruangan luas ber-AC, bersih, serba
putih, dan banyak peralatan yang otomatis. Lumayan canggih lab QC Pertamina
yang satu ini. Satu lagi, APD tadi harus saya tanggalkan dan diganti baju
saya tadi plus sandal lab dan jaslab. Ribet soal baju.
Kalau saya
pikir-pikir, ruangan lab ini tidak asing. Bahan-bahan kimia seperti aseton,
xilana, serta n-heksana, dapat dijumpai dengan mudah. Justru, aquadest
(yang biasanya digunakan paling sering di lab kalau praktikum kuliah) di sini
tidak ada. “Minyak kan tak boleh bercampur dengan air,” kata mentor magang.
Sebagai zat pencuci, biasanya dipakai pertasol, bahan kimia dengan rantai
karbon pendek (secara rinci, saya belum baca MSDS-nya).
Sebagai awalan,
hari ini saya cukup dikenalkan dan diberikan tugas untuk adaptasi dengan
lingkungan lab. Mulai dari kepala lab, analis, laboran, hingga cleaning
service dan security semua saya salami. “Pak, saya Idham, mahasiswa
baru, akan magang selama sebulan di sini,” kalimat saya membuka percakapan.
Dan, hampir selalu mereka akan menjawab, “Mahasiswa dari mana, Mas?” Singkat
saya jawab, “ITB, Pak.” Entah mengapa, raut mereka langsung berubah dan
berkata, “Wah, hebat ya, nanti tanya saja kalau ada yang tidak mengerti.”
Ya, saya cukup
senang dengan keramahan para petugas di sini. Namun, saya cukup khawatir dengan
kapabilitas saya secara pribadi. Mereka memandang almamater saya (terlalu)
tinggi. Sementara saya, hanya mahasiswa rerata, tanpa embel-embel
bintang. Pelajaran hari pertama: saya harus menjaga wajah ITB selama sini.
Banyak bertanya, banyak membaca, biar tidak malu-maluin.
Semoga hari
berikutnya semakin berwarna, semakin berjaya. Bismillah, untuk 30 hari ke depan
magang di Pertamina Surabaya.
(IPM)
Surabaya, 11
Juni 2014