Cerita cinta gue bukan seperti episode
sekali tayang di FTV yang indah di awal dan manis di belakang. Lebih banyak,
kisah asmara gue berakhir tragis. Kadang tentang jatuh cinta diam-diam, atau seringnya
suka tapi bertepuk sebelah tangan. Ga tau kenapa, kayaknya semesta emang memerintahkan
gue untuk bersabar.
Gue itu bisa dibilang tau banget soal
cewek. Kalau gue inget-inget, sejak TK dulu gue udah seneng sama cewek. Sekolah gue namanya TK Cinta. Singkat
cerita, mungkin karna gue juga yang udah lupa, nama cewek itu Fenny. Nama
lengkapnya lupa, coba gue inget, pasti udah gue stalking buat minta nomor telponnya. Kisah cinta ini belum bisa
dikatagorikan sebagai cinta monyet. Mungkin ini lebih cocok disebut cinta
kunyuk, cintanya monyet yang masih muda banget.
Fenny ini bisa bikin gue semangat
belajar saat TK. Gue sampai-sampai belajar gimana caranya nulis bagus, ngebaca alfabet
A-B-C-D-E dengan suara kebapakan (yang lebih sering mirip suara banci ketimbang
bapak-bapak), berhitung layaknya ahli sempoa, hingga menggambar gunung dan
sawah di buku gambar A4, tetapi dengan nuansa beda. Jatuhnya sih malah makin
aneh saja.