Kalau
kamu berharap hidupmu akan bahagia selamanya, berarti kamu sedang bermimpi
untuk tinggal di surga. Dunia selalu menyajikan dua hal: suka dan duka, senyum dan murung, juga senang dan sedih.
Ada
beberapa peristiwa sedih dalam cinta yang mungkin pernah mengisi harimu di
belakang. Ada yang sedih, cukup sedih, atau teramat sedih. Sekarang, coba kamu
simak untaian kejadian sedih mengenai percintaan berikut. Jangan lupa siapkan tisu ya!
1. Bringing back the feeling
you’ve learned to forget.
Ungkapan
di atas kalau dalam bahasa gaul mah artinya
tidak bisa move on. Kamu berusaha
melupakan segala hal tentangnya. Perihal makan malam berdua yang rutin kalian
jalani untuk sekadar melepas penat di akhir minggu dulu. Atau, menunggu dia
selesai kuliah di depan kelasnya sebelum pulang mengantarnya ke rumah.
Kamu
rutin melakukan itu bergenap waktu. Lebih parah, sampai-sampai kamu
menganggapnya ritual sehari-hari. Tanpa pamrih. Tanpa keluh kesah. Namun, kisah
cinta yang diharapkan selamanya justru kandas begitu saja.
Berhari
setelahnya, kamu ingin sekali melupakan memoria lama. Beragam cara kamu pilih. Dengan
berburu hobi baru. Dengan jalan ke luar bersama teman-temanmu. Dengan membuka
hati untuk seseorang yang sebelumnya tak pernah kau kenal. Katamu dalam angan,
“Ini akan jadi pengganti dia.”
Akan
tetapi, apa daya. Segala pertahananmu runtuh seketika saat dia kembali menyapa,
“Hai, bagaimana kabarmu? Masih ingat aku?” Sayangnya, dia sudah menggamit
pemilik lengan yang lain saat ini. Kamu pun bersedih.
2. Reminiscing the good times.
Katanya,
apa pun hal terindah di dunia, akan terasa percuma apabila diawali frasa
‘pernah’. Misalnya, “Aku pernah menjalani hari-hari paling bahagia saat
bersamamu,” atau, “Kamu pernah memberiku kado istimewa tepat di perayaan hari
kelahiranku.”
Yang
namanya kenangan, tampaknya lebih indah apabila dikenang sesekali saja. Tak
perlu terlalu sering. Sebab hidupmu harus terus berjalan ke depan. Dan, tiada
pengemudi hebat yang hanya menengok ke arah belakang. Kamu harus maju.
3. Trying to hide what you
really feel.
Sudah
lama kamu menyukainya. Sudah sangat lama. Sejak awal masa orientasi, hingga
mendekati masa kelulusanmu rasa itu tak terganti. Kamu menghindari bertatap
langsung dengannya. Alibimu satu: tak ingin
dia tahu.
“Karena
mata takkan bisa berkata dusta...”
Ironis.
Semesta merestui segala inginmu. Dia tak pernah tahu ada kamu yang selalu
mendoakannya di penghujung hari. Dia tak merasa jikalau ada kamu yang
memperhatikannya di setiap helah waktu. Dia pun justru dengan biasa saja
bercanda denganmu tanpa beda.
Aku
tak pernah mengerti mengapa ada seseorang sepertimu, yang sanggup memendam rasa
sebegitu lamanya. Saat kutanya alasannya, kamu pun terbata menjawab, “Mau
bagaimana lagi, dia sahabatku. Aku tidak mau kehilangannya apabila aku
menyatakan cinta padanya.”
Cinta
kepada sahabat sendiri memang sedih. Untuk itu, kamu mulai percaya jika tak ada
persahabatan antara laki-laki dan perempuan yang utuh. Suatu waktu, pasti ada
saatnya salah satu menginginkan lebih, tetapi mengungkapkannya justru tak
berani. Dan... hanya akan disimpan rapi, jauh di dalam hati.
4. Loving someone who loves
another.
Dasar
kamunya saja yang terlalu kepedean
atau apa. Saat dia yang kamu suka memanggil namamu dengan benar untuk pertama
kali, kamu senang bukan main. Bahkan, kamu selalu terngiang lembut senyum dari
bibirnya. Begitu indah.
Lain
hari, dia berkabar ingin mengobrol serius denganmu. Alih-alih mengagetkanmu
untuk kedua kali, dia mengirim pesan singkat, “Kita ketemu di tempat favoritku
ya, di Cafe Amour, jam 7 malam.”
Kaset
film romantis di otakmu kau putar terus-menerus. Setelan baju terbaik kamu
kenakan. Sesempurna mungkin kamu menyiapkan untuk malam paling spesial itu.
Rasanya, mimpimu memang akan segera terwujud: memiliki dia yang kamu cinta.
Kalian
duduk berhadapan. Kemuning cahaya temaram, kilat pemandangan lampu kota dari
lantai tiga, hingga hangatnya seduhan cappuccino
menambah suasana syahdu malam itu.
Kamu
masih menunggu dia angkat bicara. Masih bersedekap sambil bertanya-tanya.
Hingga dengan lirih dia perlahan berkata, “Aku suka sahabatmu. Bagaimana
caranya agar aku bisa dekat dengannya? Tolong bantu aku.”
5. Having a commitment with
someone you know would not last.
Kalau tidak suka, ya jangan
dipaksa, ujar rekanmu. Tapi, bagaimana lagi, sudah
terlanjur sejauh ini. Hari pernikahan kalian pun hanya berselang beberapa hari.
Namun, ketidakyakinanmu masih ada, semakin membuncah.
Sebenarnya,
kamu tahu hubungan ini tidak akan lama. Tapi mau bagaimana, segalanya sudah terburu
terjadi, sudah kepalang basah, sudah terlanjur adanya. Sebab tidak ingin malu,
kamu pun melanjutkan itu.
Bagaimana rasanya menjalin
komitmen dengan dia yang kamu tahu akan berakhir tidak lama?
Sedih, jawabnya.
6. Shielding your heart to
love somebody.
Jangan sampai aku suka padanya!
Jangan!
Awal
tumbuhnya rasa suka ialah dari telinga atau mata. Paling umum, yakni melalui curhatan. “Dia sekarang berubah. Sudah
jarang berkabar lagi denganku. Bagaimana ya, tapi aku masih suka dia,” kata
kekasih sahabatmu.
Dengan
bijak, kamu membalas, “Sabar saja. Mungkin dia memang benar-benar sibuk.
Yaudah, untuk menghiburmu, aku traktir makan aja ya. Aku punya rekomendasi tempat
makan oke di puncak.”
Begitu
seterusnya. Dia mengeluh kepadamu perihal kekasihnya, yang tidak lain adalah
sahabatmu sendiri, dan kamu mau-tidak-mau akan memberinya wejangan agar
masalahnya merupa jernih.
Lambat
laun, timbul rasa berbeda. Dari kangen, mewujud rindu, merupa candu untuk terus
bertemu. Namun, statusnya yang masih kekasih sahabatmu tidak bisa membuatmu
melakukan apa-apa. Hanya diam, dan menunggu.
Kamu
pun terus mengulang kalimat itu: Jangan
sampai aku suka padanya! Jangan!
7. Loving a person too much.
Jangan memberi seluruh hatimu
ketika tengah jatuh cinta, katanya. Coba kau sisihkan
sedikit untukmu. Agar saat dia memberi kecewa, tidak habis hatimu terenggut
olehnya.
Apa
pun yang berlebihan tidak akan terasa baik. Bahkan, dalam konteks mencintai
seseorang. Kisah cinta yang sempurna bisa saja retak. Kekasih yang kamu sayangi
bisa saja pergi. Tiada yang abadi.
Saat
kamu memberikan semuanya, bersiaplah untuk kemungkinan terburuk saat dia tiada.
Kamu harus bisa berpikir mana yang baik untukmu, mana yang tidak. Ketika dia
yang teramat kamu cintai tiada, kamu yang seakan tidak bisa mencari
penggantinya akan terus-menerus meratapi.
Adakah yang lebih sedih dari
terlalu mencintai dia yang telah jauh pergi?
8. Right love at the wrong
time.
Kamu
menemukan bagian puzzle hatimu yang
telah lama hilang. Segala yang kurang darimu selalu ada dia yang melengkapi. Dia
bagaikan peri yang melukis senyummu kala kamu bersedih.
Kamu
pun merasa dialah orang yang paling cocok untukmu menghabiskan sisa hidup
berdua. Namun, anganmu itu terbentur oleh ikhwal pernikahan yang lebih dulu
kamu ikrarkan. Ya, kamu telah memiliki pasangan resmi. Jemarimu telah
tersematkan cincin simbolis bahwa tak boleh jatuh cinta lagi.
Tidak
ada yang paling sedih daripada cinta tidak tepat waktu. Oh, mengapa hidup bisa serumit ini?
9. Taking risk to fall in
love again.
Kalau
kamu menyukai seorang lain ketika kamu telah memiliki kekasih, maka pilihlah
seorang lain itu. Bohong jikalau kamu mencintai kekasihmu, sedangkan kamu masih
bisa menyukai yang lain.
Jatuh
cinta lagi saat semuanya sudah tidak mungkin memang sedih. Namun, apa boleh
buat, kamu harus memilih. Tentu tidak bisa keduanya. Tidak ada seorang pun yang
rela dijadikan yang kedua.
Saat
kamu memilih setia, you’re a gentleman.
Saat kamu memilih pergi untuk mencari yang kamu ingini, you’re a kid. Cause a gentleman loves a commitment.
Itu
tadi sembilan hal paling sedih yang tidak ada seorang pun berharap menjalani.
Namun, roda kehidupan berputar tak kenal arah. Terkadang yang kamu hindari justru
datang. Sementara yang kamu nanti, boleh jadi tak pernah kembali.
Sekarang, coba kamu pilih, mana
hal di atas yang menurutmu paling sedih? Semoga tidak akan mengalami... lagi.
(IPM)
Bandung, September 2014
__
Apabila
ada masukan, atau minta pendapat mengenai tulisanmu, sila hubungi penulis di:
akun twitter: @idhampm atau e-mail: idham.mahatma@gmail.com