Tipe-tipe
orang di sekitar kita memang beragam. Ada yang seriusnya bukan kepalang, ada
yang bercandanya gak ketulungan. Dari
kegaringan ringan, sampai guyonan krik-krik
tingkat akut dilempar dengan pede-nya.
Hmm,
memang seperti itulah hidup, harus berwarna. Tidak boleh datar dan monoton.
Tidak boleh asal hidup dan mengalir saja seperti air.
Karena
penulis adalah lelaki, maka aku akan berkomentar mengenai dua tipe orang dari
perspektif lelaki. Tapi, hal ini bisa juga jadi referensi bagi perempuan. Penasaran? Coba disimak!
1. Tipe Nanti Bagaimana
Kalau
kamu termasuk tipe orang yang suka berencana dan teratur membuat jadwal
kegiatan, berarti kamu masuk golongan Nanti
Bagaimana.
Mengapa?
Sebab, orang-orang bertipe ini akan dengan teliti mendaftar apa-apa saja yang
akan dilakukan. Dengan rapi. Dengan sistematis. Kalau lebih rajin, mereka akan
mengkalkulasi apa-apa saja risiko dan dampak dari perilaku yang akan dikerjakan.
Mereka takut hal-hal yang tidak diinginkan atau negatif terjadi pada hidupnya.
Orang-orang
tipe ini memang terkesan kaku. Tidak nyantai.
Tidak fleksibel. Namun, bukankah hidup memang tidak diperuntukkan untuk mereka
yang hanya bermain-main?
Mereka
serius memandang masa depan yang tidak pasti dengan cara mempersiapkan dengan
baik dari sekarang. Kalau tipe ini dimiliki oleh seorang lelaki, hampir pasti
dia akan bertanggung jawab kepada perempuannya.
Bahasa
kerennya, the man with the plan. Lelaki
tipe ini yang akan mapan di masanya nanti. Kalau kamu termasuk perempuan yang
peka melihat potensi lelaki tipe ini, tidak akan salah jikalau kamu memilihnya
untuk jadi pendamping kelak.
Nanti Bagaimana,
membuat mereka lebih dahulu mempersiapkan segalanya. Seperti pepatah, victory loves preparations, hidup memang
harus seperti itu. Persiapkan, lalu jadilah pemenang!
2. Tipe Bagaimana Nanti
Ucapan
yang sering terlontar dari pemilik tipe ini, yakni: Nyantai aja, Bro! Yaelah, serius amat sih lo! Woles-woles! Relax,
everything is gonna be okay!
Dan,
kalau mereka ditanya di masa depan mau ngapain,
jawabnya pasti: ya dibawa ngalir aja
seperti air. Tidak jelas arah dan tujuannya, asalkan mengalir.
Mereka
terkesan menggampangkan roda kehidupan akan membawa nasib mereka ke arah yang lebih baik,
tanpa melakukan usaha lebih. Ya, seperti menanti durian jatuh di siang bolong.
Tidak berusaha memanjat pohonnya dan memetik.
Orang
bertipe ini, ada juga yang di tengah jalan menemukan keburuntungan dan sukses.
Tapi, apa semua akan mengalami nasib baik yang sama? Jawabnya: tidak. Maka
untuk itu, dibutuhkan persiapan yang matang agar tidak sekadar mengandalkan
nasib baik dari Tuhan.
Cendikia
mengatakan, “Keberuntungan datang bagi mereka yang berusaha, bukan hanya menurut
dan diam saja.” Dan, sepertinya kalimat tersebut cukup jleb bagi mereka yang bertipe Bagaimana
Nanti.
Kalau
penganut tipe ini adalah seorang lelaki, mesti hati-hati bagi perempuannya. Ya,
saat sang perempuan bertanya, “Sayang, setelah lulus kamu mau kerja apa?” Jawab
lelakinya, “Ya, bagaimana nanti.” Lalu, sang perempuan bertanya lagi, “Sayang,
hubungan kita mau dibawa ke jenjang mana?” Jawab lelakinya dengan santai, “Ya,
bagaimana nanti.”
Memangnya
mau, kalian, para perempuan kalau setiap bertanya serius, lalu dijawabnya
dengan seperti itu. Pasti tidak mau, kan?
Lalu, apa solusinya?
Ya, cobalah sesekali didorong lelaki kalian itu untuk sedikit demi sedikit
serius memandang masa depan. Tidak hanya bermain-main saja. Tidak hanya hangout dan bersenang-senang saja.
Semoga dengan penuh kesabaran, dia bisa berubah.
Kalau
nih sudah didorong dan disepikin terus, lalu mereka tetap tidak mau
berubah. Mungkin ya, punten, bisa tuh kalian cari lelaki lain yang mudah
diubah jadi lebih baik. Simple-nya, hidup
itu pilihan. You have to choose the better one.
Kalau
masih ada ganjalan, atau belum sepenuhnya setuju dengan tulisan ini, cobalah
memberi jeda untuk merenung, lebih baik mana, menjadi tipe Bagaimana Nanti, atau Nanti
Bagaimana.
Posting
ini dibuat bukan untuk menggurui. Larik di atas ditulis dengan penuh kerendahan
hati. Hanya saja, rasanya ingin
sekali membagi hal-hal positif agar berguna untuk orang lain.
Salam berkarya! Semoga
bermanfaat, maaf, dan terima kasih!
(IPM)
Bandung, 2014-2015
__