Kamu
pasti pernah berusaha untuk tidak lagi mengingat sesuatu, atau bahkan
seseorang. Pengen move on bahasa gaulnya mah. Mungkin, ada alasan tertentu hingga kamu tak ingin nama, wajah,
serta perilakunya terdahulu membayangi langkahmu ke depan.
Kamu
ingin terbebas darinya. Bukan dari orangnya, akan tetapi dari ‘potret kenangan’
tentangnya. Boleh jadi dia dulu berlaku tidak baik kepadamu, atau sebaliknya,
terlalu baik, hingga kamu menganggap dia menyukaimu, padahal dia memang baik
kepada semua orang. Baca: di-PHP-in.
Alih-alih
tersakiti, kamu pun berharap: Tuhan,
bantu aku melupakannya. Selesai berdoa, langsung putar lagu Lumpuhkan
Ingatanku punya Geisha. Namun, usahamu untuk melupakannya itu justru akan
gagal total apabila bertemu lagi dengan hal-hal berikut. Apa saja? Coba disimak!
1. Lagu Kenangan
Lirik dalam lagu bisa mengatakan
semuanya, katanya. Secara
tak sengaja, kamu yang tengah sibuk memilih buku di toku buku Gramedia
mendengar playlist sebuah lagu.
Pengunjung lain tidak mempermasalahkan. Biasa saja.
Akan
tetapi kamu, ya, kamu, entah mengapa mulai tidak fokus lagi mencari buku yang
akan dibeli. Pikiranmu jauh melayang entah ke mana. Dan... congrats, bayang wajahnya melayang di kepalamu saat refrain lagu itu dinyanyikan.
Lagu
itu dulu mengiringi perjalanan cinta kalian. “Lewat radio, aku sampaikan
kerinduan yang lama terpendam,” Duta, Sheila On 7 mendendangkan lagi liriknya
di bait kedua. Oh, lengkap sudah. Segala cerita masa lalu kalian kini kembali. Kisah
LDR terdahulu membisingkan kepala. Dari momen perkenalan dengannya, masa
pendekatan, jadian, hingga momen perpisahan bersarang lagi di otakmu.
Kuat
sekali pengaruh lagu kenangan meruntuhkan pertahanan seseorang yang sedang
berusaha melupakan. Gimana, gagal lupa
kan?
2. Film pada First Date
Modal
duit gocap, kalian menghabiskan waktu
berdua di weekdays. Maklum, budget lagi cekak, jadi malmingan-nya
diganti jadwal ke senin malam. Tapi, mohon digarisbawahi, itu mah dulu.
Sekarang,
mungkin masing-masing dari kalian sudah berbahagia dengan yang lain, atau malah
seakan-akan berbahagia, sebab memang belum sebahagia saat kalian masih bersama.
Di
rumah, adikmu menyerah dengan menu acara televisi saat prime-time akhir-akhir ini. Isinya kalau tidak goyang alay, ya sinetron ala ibu rumah tangga. Kamu
yang menggantikannya sebagai pemegang remote
mengalihkan channel ke TransTV
atau Global: acara bioskop gratisan
dengan banyak iklan. Kebetulan, film yang diputar malam ini spesial dalam
negeri: 5 cm.
Mendadak
adegan Herjunot Ali dan Raline Shah seakan memerankan drama kalian terdahulu.
Dia suka sekali mendaki. Kamu, dengan alasan tidak kuat fisik, paling ogah
dengan ajakannya. Maka, kalian mengambil jalan tengah: menonton film yang ada
kaitannya dengan pendakian.
Itu
dating pertama kalian, kira-kira
seminggu setelah kamu menyatakan cinta dan dia menerima. Rasanya, gedung bioskop
serasa berdua. Rasanya, temperatur AC yang rendah menjadi hangat-hangat saja.
Rasanya, ingin sekali kamu kembali ke masa-masa itu.
Kamu
masih di depan layar TV menyaksi film 5 cm. Namun, matamu tampak kosong seperti
memikirkan sesuatu: dia. Pertanyaan misalnya, “Bagaimana kabarnya? Sekarang
sedang sibuk apa? Masihkah dia mengingatmu?” bergelayut memenuhi pikiran.
Tips:
Kalau mau berusaha lupa, jangan nonton
film kenangan saat bersamanya ya!
3. Tempat dan Makanan Favorit
Kalian
Kafe
dengan dekorasi layaknya rumah tempo doeloe adalah tempat favoritnya. Tertulis,
Kafe Oey, di reklamenya. Dia rela menghabiskan waktu berjam-jam dengan duduk
manis sembari menyeruput pelan kopi Mandailing
pesanannya.
Tentu
saja sambil berbincang denganmu, kekasihnya dulu. Lambat laun, kamu mulai
nyaman dengan tempat itu. Bahkan, jikalau dia lagi tak bisa bertemu, sendirian
saja kamu pergi ke sana. Menenangkan diri,
katamu.
Tapi,
semenjak dia pergi dari hidupmu, kamu sudah jarang ke kafe itu. Inginmu,
membuka lembaran baru tanpa bayang terdahulu. Kamu pun menemukan orang lain yang
kini semakin dekat denganmu.
“Aku
akan bangkit lagi, jatuh cinta lagi,” tekadmu meyakinkan diri.
Suatu
malam, calon kekasih barumu mengajak kamu ke suatu tempat nongkrong favoritnya. Dan, terkejut sekali saat destinasi kalian
berakhir di Kafe Oey.
“Kamu
kenapa?” tanya dia. “Oh, tak apa. Aku baik-baik saja,” kamu menjawab. Ya, kamu
memang baik-baik saja. Namun, hatimu tidak.
Malam
ini barangkali bukan calon kekasih barumu yang dominan kamu pikirkan. Tapi,
dia. Dia yang selalu memesan kopi Mandailing.
Dia yang suka ke mari untuk berbincang denganmu. Dia yang meninggalkanmu dengan
alasan tak jelas. Dan, kamu, sepertinya malam ini menyerah untuk melupakannya.
Ah, sial, kenapa jadi ingat lagi?
Mungkin,
beberapa hal di atas wajib hukumnya
dihindari ketika ingin melupakan seseorang. Sebenarnya, secara psikologis,
semakin kamu berusaha untuk melupakan seseorang, maka semakin kamu menjadi
ingat.
Solusinya,
bukan berusaha melupakan, tetapi biarkan dia membiasa dalam pikiranmu. Tindih
ingatan tentangnya dengan ‘potret bahagia’ lain yang datang di hidupmu. Pada
akhirnya, waktulah yang akan berbicara.
(IPM)
Bandung, Oktober 2014
__
Apabila
ada masukan, atau minta pendapat mengenai tulisanmu, sila hubungi penulis di
akun twitter: @idhampm atau e-mail: idham.mahatma@gmail.com