Postingan
kali ini tidak akan sepanjang biasanya, sebab topiknya singkat dan sederhana.
Ya, tentang hubungan antara kangen dengan cinta. Uhh,
meleleh!
Menurutmu gimana, ada enggak
benang merah di antara keduanya? Kalau jawabmu
bilang, “Enggak ada,” berarti kamu wajib baca keseluruhan tulisan berikut. Mangga atuh euy!
Sekian
hari lampau, lupa tepatnya kapan, ada salah seorang yang bertanya ke penulis,
“Dham, kalau dia enggak kangen ke aku, apa dia tidak cinta?”
Hayo, jika kamu ditanyain seperti
ini, pasti bingung kan? Sama, saat itu aku juga pusing
harus ngejawab apa. Biar cepet, yaudah, aku jawab aja ‘iya’. Singkat. Padat.
Tapi enggak jelas. Okay, buat kamu
yang dulu nanya dan jawabanku spontan bin ambigu, ini ya penjelasannya. Maaf,
lama.
Ini contoh yang bener-bener cinta...
.
.
Hmm,
ada beberapa aturan dalam cinta dan hubungan. Teoritis nih ceritanya. Salah
satunya, yakni:
tidak kangen = tidak cinta.
tidak kangen = tidak cinta.
“Wah,
enggak setuju aku, Dham!!!”
Tenang-tenang,
sabar dulu. Dijelaskan pelan-pelan ya. Kalau kurang setuju, dipersilakan saja
membuat posting tandingan. Kabinet aja kan ada kabinet tandingan. Jadi ya
boleh-boleh saja. Hehe, bercanda.
Well,
hukumnya kan sudah jelas, kalau tidak
kangen = tidak cinta. Tapi, dari kamu pasti ada yang bertanya-tanya,
“Gimana aku tahu kalau dia enggak kangen?”
Sederhana.
Karena manusia adalah makhluk yang kasat, maka kamu bisa melihat apapun tentang
manusia dari perilakunya.
Maksudnya?
Gini-gini,
kamu bisa tahu dia kangen atau enggak ke kamu dari gelagat dan perilakunya setiap
hari. Setelah itu, baru deh kamu boleh simpulin, dia itu kangen, atau
enggak. Sebegitu simple-nya.
Biar
lebih greget, aku kasih contoh deh. Bentar-bentar,
mikir.
Okay,
misal nih ya, kamu punya kekasih yang sekampus tapi beda jurusan. Dia di jurusan
Timur, sementara kamu ada di jurusan Barat Laut. Meskipun satu kawasan, tapi
kalian jarang bertemu langsung. Maka, di era yang super canggih ini, aplikasi
sosmed digunakan: LINE, WA, Twitter, FB, Kakao, Google+, sampai yang jadul
macem Friendster, Mxit, dan MIRC, enggak ketinggalan.
Tapi,
zaman yang bagaikan tak berjarak ini, belum bisa tuh melanggengkan hubungan
kalian. Kenyataannya, dia jarang memberi kabar kepadamu. Apalagi
kangen-kangenan.
Suatu
saat, kamu nanya dong karena sebel, “Kamu kok enggak pernah kasih kabar sih? Enggak
kangen? Apa udah enggak cinta lagi ya sama aku?”
Dia,
si lelakimu itu, ngejawab dengan santainya, “Aku kangen kok, aku cinta. Tapi
aku enggak ada pulsa.”
Yak mirip adegan iklan kartu
selular di TV.
Kamu
pun yang semakin sebel atas jawabannya, nyerocos lagi, “Lho, kalau kamu
betul-betul cinta ya kan pasti mengupayakan pulsa? Bisa kan beli ke ATM? Ke
counter? Ke FJB?”
“Maaf,
Sayang, tapi aku sibuk,” pungkas dia.
Eng-ing-eng,
kalau kamu nemu lelaki bertipe seperti ini, balikin ke dealer terdekat lagi deh. Kalau masih ada garansi, ya diservis dulu
deh. Atau, lebih tegasnya, jangan buang-buang waktumu untuk meminta dia
ngangenin kamu, udah lah, putusin aja.
Sadis, ya? Hmm, ini mah logis.
Seperti
kata orang bijak, “Kalau dia memang cinta sama kamu, sesibuk apapun, pasti dia
akan mengupayakan, bahkan untuk hal simple
seperti memberi kabar.”
Nah,
kalau hal sederhana macem itu saja enggak dilakuin, ya apa boleh buat. Kamu
sudah memilih orang yang salah untuk dijatuhcintai.
Jadi,
kesimpulannya, untuk kamu yang punya kekasih tapi tidak pernah kangen, atau
jarang kasih kabar, ada beberapa cara untuk mengatasinya, yakni:
1.
Ingatkan dia
Beritahu
dia bahwa tanda seseorang mencintai itu ya nyaman untuk selalu berdekatan,
terlebih saling merindukan.
2.
Akhiri saja
Ya,
kalau setelah diberitahu dan diingatkan dia keukeuh
tetap saja tidak berubah. Lebih-lebih, dia malah banyak alasan untuk membela
diri. Tameng ‘kesibukan’-lah, enggak punya pulsa lah, lupa lah, dan alasan
lainnya yang selalu muncul dari mulutnya. Maka, anjuranku, akhiri saja. Titik.
Cinta itu sederhana. Kalau banyak
penjelasan, itu mah kuliah.
Katakan
ini pada dia yang tidak pernah merindukanmu, “Izinkan aku lepas darimu. Izinkan
aku bebas dari kamu, supaya aku bisa dikangenin oleh dia yang lebih baik.”
Finally,
itu tadi akhir dari postingan kali ini. Seperti biasa, tulisan barusan bukan
semata pemikiran pribadi penulis, banyak hal lain yang dimasukkan. Kata-kata MTGW,
cuap-cuap penyiar radio, frasa-frasa penulis cerpen, serta pengalaman sendiri.
Terima
kasih sudah berkenan membaca. Tunggu
postingan selanjutnya!
(IPM)
*)
Tulisan ini terinspirasi dari salah satu komentar rekan di FB, “Kalau cinta ya
diupayakan.”
Bandung, Januari 2015