Tulisan
ini terinspirasi dari cerita Mama tentang kisah cintanya bersama (Alm) Papa.
Entahlah, semenjak Papa tiada, aku menjadi begitu dekat dengan Mama, wanita
nomor satu yang ingin selalu kubuat tersenyum.
Bahkan,
saking dekatnya, cerita mengenai ‘cinta’ yang utamanya canggung, merupa biasa
saja dan wajar. Beberapa rekanku bilang, “Memangnya gapapa ya kalau yang kayak
gini (cinta) diceritain ke orang tua?” Jawabku, “Why not?”
Well,
beberapa waktu lalu, sembari minum teh, Mama berkisah tentang kisahnya
terdahulu. Hmm, cerita klasik tanpa
bumbu-bumbu FTV dan ke-alay-an.
Episode kali ini isinya perihal “Gimana ngebedain lelaki tulus atau modus?” Ya, aku sendiri yang menamai dan
mengepaskan agar easy listening.
Hehe.
Sebenernya,
ini bukan buatku, tapi buat kalian para perempuan di luar sana. Hmm, sebagai informasi saja, siapa tahu
bimbang dan pernah mengalaminya.
Kalau
kamu perempuan, termasuk tipe yang supel, bisa menempatkan diri dalam sebuah
percakapan, tak perlu cantik, pastilah setiap lelaki akan menganggap kamu sebagai
pribadi yang menarik. Tanpa pengecualian.
Dan,
saat beberapa telah sepakat memberikan penilaian positif kepadamu, pastilah
kumbang-kumbang itu, lelaki, akan berusaha mendekati kelopak bunganya, kamu.
Mereka,
kalau lebih dari satu, akan datang kepadamu untuk menarik perhatian. Standarnya
sih, ngajak makan bareng, keluar nonton bioskop, sok-sok merupa pribadi ramah
dan hangat, yang tidak lain ya agar kamu ‘mengenalinya’.
Nah,
kamu pasti kadang-kadang bingung memberikan penilaian, “Dia ini hanya iseng apa
bener-bener serius ya?”
Eureka!
Ternyata, ada satu cara sederhana untuk tahu apakah dia, lelaki yang
mendekatimu itu, serius ingin bersamamu atau hanya iseng-iseng berhadiah. Caranya?
1. Tutuplah pintumu
Maksudnya, Dham?
Iya, tutup saja pintumu. Eh, ini bukan literally
pintu, tetapi ruang di hatimu tempat untuknya masuk. You don’t give him the green light. Seakan-akan tidak ada yang
namanya lampu hijau baginya.
Usahanya
itu seperti tiada menemui hasil. Dia selama seminggu melancarkan pedekate ini
belum mendapat respon darimu, seakan kamu acuh tak acuh saja. Nah, sebagai
lelaki, pasti dia bakal mikir, “Ini effort-ku
yang kurang keras sehingga aku harus mengupayakan lebih, atau ya sudahlah cari
yang lain...”
2. Lihat apa yang terjadi
Tiap
laki-laki, akan selalu terbayang dalam benaknya seperti itu, mengenai dua
kemungkinan: usahakan lagi atau relakan. Nah, dari sini kamu bisa melihat
apakah dia serius atau cuma main-main.
Setelahnya,
secara hukum alam mereka akan terpisah jadi dua tipe, yakni:
A
modus boy
“Ah,
ya sudahlah, udah kucoba tetapi tetep adem ayem saja. Cari yang lain ahh...”
itu kata seorang boy yang hanya modus
pedekatein kamu. Baginya, penolakanmu adalah akhir dari segala upayanya. Dia
begitu mudah menerima takdir tanpa usaha berlebih. Baru coba sedikit, langsung
balik kanan. Menyerah.
Udah,
kalau nemu yang seperti ini mah langsung hapus dari list calon soulmate-mu
dah. Kalau kamu penting baginya, dia akan mengusahakanmu.
A
tulus gentleman
“Gila
nih cewek, susah banget dideketinnya. Hmm, harus lebih gencar lagi. Toh, aku
yakin dia yang terbaik buatku...” ini kata seorang gentleman yang tulus dan serius ingin bersamamu.
Memang,
pada awalnya dia akan sedikit kecewa dan heran karena pintumu tak mudah
terbuka, tetapi dia serius untuk terus mencoba. Dia selalu punya cara lain
untuk mengetuk. Dalam otaknya senantiasa terpatri, “Cinta itu butuh perjuangan.
Apapun yang dapatnya susah, biasanya bertahan lama.”
Hmm,
kalau dia yang ngusahain kamu untuk mau membuka pintu adalah maksimal,
barangkali dia memang menginginkanmu dengan serius. Tunggu apa lagi? Buka
pintumu perlahan, sebelum terlambat.
___
Yap,
itu tadi cara sederhana untuk membedakan lelaki modus dan tulus menginginkanmu.
Ini mirip seperti cara Mama menyeleksi Papa dulu.
Papa
itu tidak pernah balik kanan, terus maju ke depan. Saat Mama menutup pintu,
Papa mengetuk lagi. Lebih keras, tapi dengan penuh perasaan. Ketika Mama tak
menghirau, Papa memanggilnya dari jendela. Nah, tetap saja tuh Mama tidak
bergeming. Well, pintu samping
dicoba, yakni mendekati orang tua Mama.
Akhirnya,
hati yang bagai batu itu luluh juga oleh tetesan air yang konsisten dan istiqomah. Mama dan Papa akhirnya
bersama, untuk kemudian melahirkan aku, yang berbagi tulisan ini padamu.
“Laki-laki
itu harus bandel. Kalau kamu ngerasa dia penting bagimu, ya perjuangkan. Kalau
perlu sampai terjatuh-jatuh, sampai berdarah-darah,” nasihat Papa dulu yang
masih kuingat hingga kini.
Pasti
beda, antara dia yang main-main saja, dengan dia yang serius menginginkanmu
untuk bersamanya.
Hmm,
sekarang kamu sudah tahu cara membedakannya.
Bagaimana menurutmu, aku termasuk golongan yang serius, atau yang hanya
main-main saja?
(IPM)
*)
Ini untuk kamu yang dulu susah sekali dikejar, yang pada akhirnya kudapatkan
juga.
Bandung, Januari 2015
#Ilustrasi diunduh dari sini