Ada yang selalu kuingat dari
makan malam bersamamu kemarin...
Kamu
memakai kain penutup kepala berwarna cokelat, atau pula krem, sebab lampu
restoran membuatnya tampak sama. Tapi, kujamin corak polos yang kamu pilih,
kian pas dipadu padan parasmu. Matamu senja, terlihat indah di penghujung sinar
mentari yang kembali ke peraduannya.
Apa menu sajiannya terlampau
lezat sehingga kuingat? Ah, biasa-biasa. Terkadang,
hidangan bintang lima atau kaki lima, soal rasa, sama saja, tergantung kau
menyantapnya dengan siapa.
Denganmu, masakan apa saja kurasa
merupa istimewa.
“Apa
kau benar-benar menyukaiku?” tetiba bibirnya yang mungil mengeluarkan suara.
Spontan,
lidahku membalas, “Iya, aku suka. Suka sekali, bahkan.”
“Hmm,
aku selalu berpikir kalau kamu menilaiku terlalu, atau bisa jadi terlampau
baik.”
Aku
masih diam.
“Sebenarnya...
aku tak sebaik yang kau kira. Aneh saja rasanya kalau kamu sebegitunya
menyukaiku.”
“Apa
anehnya?”
“Ada
beberapa sisi dalam diriku yang kamu belum ketahui. Kalau cover-ku seperti ini, mungkin kamu tertipu. Di rumah, aku adalah
wanita yang berantakan. Aku suka tidur, yang berkebalikan denganmu. Aku sering
marah-marah tidak jelas karena hal kecil. Dan, moody-ku ini sanggup membuat illfeel
siapa saja,” terang dia panjang.
“Lalu?”
“Aku...
aku sungguh cuma perempuan biasa. Barangkali, diriku yang kamu suka hanya ada
dalam imajinasimu.”
“Aku
tidak suka berimajinasi.”
“Begini,
cobalah dengar dan pikirkan baik-baik, apakah kamu sangat menyukaiku?”
“Iya.”
“Tuh,
kan, kamu bahkan belum berpikir. Sudahlah, pikirkan dulu baik-baik, kemudian
barulah kau jawab.”
___
Setelah obrolan itu, kami
sama-sama diam.
Dalam
hati, ada segudang tanya yang tiba-tiba muncul: Apa maksud pernyataannya tadi? Apa dia menolakku? Benar, aku
khawatir, terlagi takut.
Selama
ini, kupikir mungkin aku adalah lelaki yang percaya diri, teramat dominan.
Namun, saat itu aku jadi sadar, aku sangat pengecut di depan wanita yang
kucintai.
___
“Ada
yang selalu kuingat dari makan malam bersamamu kemarin.”
“Apa?”
katamu.
“Aku
tak bisa lama-lama berpikir dan membuatmu menunggu. Aku langsung menjawabnya
kembali, sesegera setelah kamu memintaku mempertimbangkan. Maaf, aku tergesa.
Kepadamu, aku benar-benar suka.”
When I saw you I fell in love, and you smiled because you knew. -William Shakespeare
(IPM)
*)
Ini untuk kamu. Esok, mari ciptakan makan malam tak terlupakan lagi!
Bandung, Januari 2015
#Ilustrasi diunduh dari sini