Kalau kamu bingung tentang apa
itu takdir, coba tontonlah ini...
Terkadang,
film pendek terasa jauh lebih ‘mengena’ dibandingkan layar lebar. Misalnya ini,
The New Found, besutan sutradara
kondang Joko Anwar. Durasinya yang hanya dua belas menit, sanggup menceritakan
banyak hal. Tentang hidup, takdir, kenyataan, romansa, sedih, juga suka cita.
Ada
beberapa bagian monolog yang sengaja aku cuplik, sebab menurutku menarik.
Lugas, ber-ide, dan natural. Sila dibaca
perlahan...
___
Sejauh
yang aku ingat, aku adalah penyendiri.
Pernah
aku pengen punya anjing, tapi terus aku dengar anjing tetanggaku hilang.
Kayaknya aku enggak akan bisa berhenti nangis kalau anjingku hilang.
Aku
enggak pernah tahu kenapa Papa pergi. Padahal, aku enggak pernah lihat
orangtuaku bertengkar. Dia cuma bilang ‘selamat tinggal’ suatu hari, dan enggak
pernah pulang.
Mamaku
juga enggak pernah nangis. Dia nyuruh aku supaya enggak benci Papa dan bilang
suatu hari nanti aku akan ngerti. Aku enggak yakin kalau sekarang pun aku
ngerti kenapa dia pergi.
Tapi
sejak saat itu, aku tahu kalau kita
enggak boleh punya seseorang, karena mereka selalu pergi.
___
Aku
besar tanpa kejadian-kejadian yang besar, yang kupikir: bagus. Hidup lebih mudah tanpa kejutan. Dan supaya bisa aman, kita
harus punya ‘dinding’ yang enggak boleh dilewati oleh siapapun, termasuk dia.
Dia,
seorang yang bisa tetap bersamaku untuk waktu yang lama. Tapi itu karena aku
membuat jarak, dan aku sudah kenal dia sejak SMA, saat dia belum begitu cantik,
tapi sudah menarik.
Dan,
aku beruntung dia enggak mau mengubah situasi. Kami tetap hanya teman. Dan dia
seperti itu karena dia berbeda. Dia spesial.
___
Hmm,
kalau penasaran akan bagaimana cerita lengkap dan ending-nya, langsung saja
tonton short movie-nya. Silakan!
Takdir.
Ya seperti itulah kalau dua orang sudah ditakdirkan. Mau dicegah, pada akhirnya
tetap akan bersua. Ingin diretas, di kemudian hari justru tak ingin terlepas.
Dan yang tadinya ragu, entah karena kekuatan apa, berubah menjadi mantap dan
teguh.
Tulisan ini untuk kamu. Iya, kamu,
yang selalu mencari jawaban mengapa tahu-tahu kita bertemu.
(IPM)
Bandung, Januari 2015
#Ilustrasi diunduh dari sini