Kamu
pasti pernah merasa bingung, resah, dan bimbang akan sebuah pertanyaan: Siapakah yang harus aku perjuangkan?
Dalam
otakmu, ketika akan tertidur pulas, sembari memandangi langit-langit kamar,
kamu biasanya membatin, “Apakah mungkin dia? Bagaimana bila bukan dia orangnya?”
Terus seperti itu, sampai terjaga lagi.
Manusia
itu tempatnya ragu. Terkadang, mereka juga takut akan beberapa hal. Selain
Tuhan, yang ditakuti oleh manusia adalah ketidakpastian.
Misalnya,
kamu takut mati karena kamu tidak pasti ditempatkan di mana setelahnya; surga
ataukah neraka. Kamu ragu menjalani hari sebab tidak pasti esok akan bertemu
masalah apalagi; ringan ataukah semakin berat. Kamu takut dan ragu menjalin
sebuah hubungan, alasannya satu: dia tidak pasti adalah untukmu.
Lalu, bagaimana cara menjawab
pertanyaan itu? Apakah harus menunggu waktu?
Kamu
tentu bisa melihat, bukan? Selalu ada tanda untuk menerangkan yang tidak
terjawab kini. Memang tidak absolut benar, tapi sejenak semoga bisa dijadikan
penenang.
Pernah
seorang bijak berkata, “Perjuangkan dia yang menerimamu beserta masa lalumu.” Dia
yang layak kamu perjuangkan selalu bisa memaafkan apa yang salah darimu di masa
lampau.
Dia
tidak akan menghardik dan mencerca dengan kalimat semacam, “Dulu sih kamu...
Ah, seandainya kamu dulu tidak... Nyesel
aku kalau tahu kamu dulu...” Baginya, kamu ya sekarang, saat ini. Dia tahu,
seberapa kelamnya masa lalu seseorang, tetap saja masa depannya masih suci.
Dan,
orang bijak itu menyambung frasanya lagi, “Perjuangkan pula dia yang bersedia
mendampingimu menuju masa depan lebih baik, seberapa sulit lika-likunya.” Oh,
dia melakukan itu sebab dia benar mengerti, indahnya hasil hanya dapat diraih
dari perjuangan yang bertubi. Menurutnya, menemani seseorang dari nol jauh
lebih berharga daripada menunggunya di puncak.
Selama
menjalani proses itulah yang akan membuat dia bisa bercerita kepada anak kalian
kelak, bahwasanya hidup ialah tentang berjuang dan melangkah. Tidak diam saja
menanti. Tidak berharap ke langit lantas tak berusaha memaksa diri.
Pada
akhirnya, carilah yang seperti itu, apabila bertemu, perjuangkan! Jangan
disia-siakan! Kamu tahu kan bagaimana
menyesalnya kehilangan seseorang yang layak diperjuangkan?
(IPM)
Bandung, Maret 2015
#Ilustrasi diunduh dari sini