Pages
Ditemani secangkir mandaeling yang tidak lagi panas, kamu mulai bercerita. Seperti biasa, di kedai kopi ini, bersama dekorasi dan suasana yang hampir sama. Namun, kamu berbeda. Ada yang menggantung di ujung matamu. Apakah itu?
Beberapa
hari lalu, seorang sahabat bercerita panjang lebar mengenai ayahnya. Tentu, dia
akan membumbui dengan berbagai ekspresi dan emosi yang berlebih. Tak mengapa, memang seperti itu bukan ciri
khas dari wanita?
Cukup kangen. Itulah frasa yang ngegambarin perasaan penulis ketika
lama engga nge-posting artikel di
laman ini. Setelah sok sibuk dengan tugas akhir sarjana, akhirnya ada jeda
juga. Oh ya, beberapa waktu lalu penulis janji nih sama salah satu rekan kuliah
kalau mau nulis kisahnya di sketsastra.
“Selayaknya
dendam, cinta itu harus berbalas,” katanya.
Hampir
sebulan lamanya kamu mendekati dia dengan rapi dan sistematis. Tips pedekate sudah teraplikasi secara baik.
Mulai dari menanyakan kabarnya di setiap pagi, mengajak dia makan siang berdua,
sampai menawari dia tumpangan pulang kala kelas kuliah kelar.
Bila
suatu hari kamu bertanya, “Apa itu cinta?” Tentu aku akan menjawab dengan
beberapa ilustrasi ini.
Setelah
beberapa minggu fokus ke bahasan tugas akhir, skripsi, dan seminar, akhirnya penulis
butuh juga yang namanya ‘penyegaran’. Caranya?
Sederhana, kalau enggak makan, ya baca buku. Dan, bersebab ingin santai sejenak,
buku Koala Kumal-nya Radit menjadi
pelampiasan.
Lengan
dan pergelangan tangannya tengah sakit sewaktu menuliskan kalimat ini. Aku
mendengar dari bibirnya ketika bercerita di kemudian hari, “Kamu tahu, aku
membuat itu dengan tangan kiri. Maaf ya bila tulisannya sukar dibaca. Masih
latihan.”
Dia
itu gemarnya bercanda, melempar kalimat-kalimat lucu untuk membuat orang lain
tersenyum, atau bahkan tertawa. Bagaimana tidak, setiap tingkah dan lakunya
selalu dibumbui humor. Terkadang sedikit, lain waktu overdosis.
Subscribe to:
Posts (Atom)