Dia
itu gemarnya bercanda, melempar kalimat-kalimat lucu untuk membuat orang lain
tersenyum, atau bahkan tertawa. Bagaimana tidak, setiap tingkah dan lakunya
selalu dibumbui humor. Terkadang sedikit, lain waktu overdosis.
Pernah
aku berpikir bahwa dia adalah orang yang tak memiliki masalah dalam hidup.
Mungkin keluarganya sempurna, ayahnya seorang pejabat, dan ibunya merupa ibu
rumah tangga paling penyayang yang selalu di ruang tamu menunggu anaknya
pulang. Namun, ternyata tidak. Dia biasa saja. Mungkin juga lebih beruntung
aku, yang anggota keluarganya masih utuh.
Katanya,
mimik wajah, senyum, serta perilaku sanggup dipelajari. Seorang yang tengah
sedih bisa terlihat ceria bila pelakunya pandai ‘bersembunyi’. Seorang yang hatinya
teriris dapat menjadi pribadi hangat jika dia lihai menggunakan ‘topeng’.
Mungkin dia seperti itu.
Dan…
semua pendapat itu berubah ketika aku mulai mengenalnya. Bila kamu membenci seseorang, mungkin bukan karena orang itu layak
untuk dibenci, melainkan kamu yang kurang dalam mengenal pribadinya.
Rasanya, dia tak semunafik itu. Dia tak seburuk itu, menyembunyikan elegi untuk
ditukar lain ekspresi.
Lambat
laun aku pun mulai tahu, ada ungkapan lama yang pernah terdengar dari telinga
dan kini terbukti kebenarannya, “Berhati-hatilah dengan dia yang suka bercanda,
apabila sudah cinta, biasanya ia lebih tulus dari siapapun yang serius.”
Dia
masih seperti itu. Rekannya bilang, dia orang yang tak pernah serius. Namun,
aku berbeda. Aku menganggapnya sebagai orang paling serius yang pernah kujumpa.
(IPM)
Bandung, Mei 2015
#Ilustrasi diunduh dari sini