Kamu
sudah lama memendam hasrat untuk menikah, tapi apa daya, jodoh yang kamu
impikan tak jua bersambang. Kamu pun sudah mulai lelah membuka beberapa akun
medsos-mu, dari Path, FB, hingga timeline
lain, yang isinya adalah undangan nikah dan kelahiran seorang buah hati.
Kuperhatikan
sesekali rautmu, tampak murung dan tertekuk lusuh. Mengapa? Ada apa? Mungkinkah kamu tak tahu bila sesungguhnya kamu,
seorang wanita, itu luar biasa?
Ketika
kamu telah memiliki seseorang yang mencintaimu, maka cintailah ia. Kamu akan
mengerti bagaimana jalan pikiran perempuanmu dari caramu memperlakukannya.
Percaya atau tidak, ia, adalah cerminan dari kamu.
Jikalau
alur hidupmu bagaikan jalan buntu, cobalah mengartikannya lebih dalam. Apakah lajur awal yang kamu pilih adalah
benar, ataukah Tuhanmu kini telah menunjukkan arah yang seharusnya, meskipun membuatmu
harus mengulang dari titik pertama? Segala yang terbaik, akan kamu dapatkan
jikalau bersungguh berusaha.
Ada yang selalu kuingat dari
makan malam bersamamu kemarin...
Kamu
memakai kain penutup kepala berwarna cokelat, atau pula krem, sebab lampu
restoran membuatnya tampak sama. Tapi, kujamin corak polos yang kamu pilih,
kian pas dipadu padan parasmu. Matamu senja, terlihat indah di penghujung sinar
mentari yang kembali ke peraduannya.
Seseorang yang tengah jatuh cinta
itu sederhana...
Malam
tadi dia mungkin tengah menyaksi televisi. Atau, dia sedang asyik
membolak-balikkan buku karya penulis muda yang dikagumi. Sembari memakan
camilan, entah roti atau sekadar jajanan murah pinggir jalan, dia menikmati
waktu redupnya langit dengan penuh kesyukuran.
Cara seseorang memberikan
perhatian itu berbeda-beda... “Tadi
sore aku membaca tulisan-tulisanmu,” kata dia, ketika obrolan kami melesat
mulai meninggalkan malam.