Kemarin, kamu mengeluhkan harimu,
yang katamu tak sempurna, yang dari ceritamu sangatlah tidak indah, hingga pada
akhir bicara kamu berkata, “Aku benci hari ini.” Karena itu, aku menuliskan beberapa
larik untukmu, bacalah...
Bila
kamu mengeluhkan mengapa dunia begitu kejam, tengoklah kanan dan kirimu,
tidakkah kamu menyaksikan betapa banyak orang yang sedang mendapat cobaan, dan
betapa banyak yang tengah tertimpa bencana?
Telusurilah,
di setiap rumah pasti ada yang merintih, dan setiap pipi pasti pernah basah
oleh air mata. Berapa banyak di dunia ini yang terbaring sakit di atas ranjang
selama bergenap tahun? Mereka hanya mampu membolak-balikkan badannya, merintih
kesakitan, menjerit menahan perih.
Berapa
banyak orang yang bernaung dalam penjara selama ganjil dekade, tanpa pernah
merasakan lagi bagaimana hangatnya sinar mentari, dan mereka hanya mengenal
karat jeruji-jeruji besi.
Berapa
banyak orang tua yang harus, meski mau-tak-mau, kehilangan buah hatinya, baik
yang masih belia dan lucu-lucunya, atau yang telah dewasa dan penuh
pengharapan.
Sungguh,
betapa banyaknya penderitaan yang terjadi, dan betapa banyak pula orang-orang
yang bersabar menjalani. Maka, kamu bukanlah satu-satunya orang yang mendapat
cobaan. Bahkan, mungkin saja penderitaan atau cobaanmu tidak seberapa bila
dibandingkan dengan orang lain.
Kini,
sudah tiba waktumu untuk memandang diri. Sudah tiba pula saatmu untuk menyadari
bahwa hidup adalah perjuangan, penuh aral, dan persiapan. Kamu pun sebaiknya
belajar bersiap sebagaimana seekor unta berpengalaman yang hendak mengiringi
tuannya menyeberangi padang sahara.
Bandingkan
penderitaanmu dengan mereka di sekitarmu serta orang-orang sebelum kamu, maka
niscaya kamu akan sadar bahwa sebenarnya kamulah yang lebih beruntung. Bahkan,
kamu akan menyadari bilamana penderitaanmu ialah laksana duri-duri kecil yang
tak ada artinya.
Apakah kamu mengira bahwa kamu
akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan).
(QS. Al-Baqarah: 214)
Dan
akhirnya, panjatkan segala syukur kepada Tuhanmu, atas semua kebaikan-Nya, juga
atas semua yang telah diambil-Nya, dan yakinilah kamu tetap mulia bersama
cobaan yang akan terlewati dengan penuh kesabaran.
Kamu tak pernah mengeluh lagi
setelahnya. Mungkin kamu telah tahu, bahwasanya pengeluh itu memang tidaklah
menarik.
(IPM)
Surabaya, 2015