Jatuh
cinta kepadamu sungguhlah berbeda. Tak seperti yang biasa terjadi sebelumnya.
Banyak orang di luar sana, yang bila mereka tengah dilanda cinta, mereka
kehilangan jati dirinya.
Denganmu,
aku tak perlu repot menjadi the one
yang bukan aku. Tidak perlu berpura-pura terlihat pintar, rapi, bijaksana, atau
pula tahu segala hal mengenai dunia. Katamu, kedewasaan seseorang terlihat
ketika ia tak berusaha memakai topeng untuk menutupi kekurangannya.
Kamu
selalu menerima, selama yang kutunjukkan ialah murni yang terbaik dalam diriku.
Tak ada rasa tertekan karena tuntutan atau pun pencapaian. Kamu memposisikan
aku sebagai manusia, dalam makna literal.
Hanya
saat bertemu kamu, aku bisa berekspresi sesuai kehendakku. Tidak memasang tedeng alih-alih atau permak norak untuk
mengelabui. Saat hari sedang terik, tentu paksaan memakai kemeja rapi aku
tanggalkan, cukup setelan kaos polos dan jeans
belel khas lelaki kukenakan. Sempurna pun harus sesuai keadaan.
Kamu juga berlaku adil kepada dirimu. Tampilanmu tak pernah terkesan berlebihan dan
menggurui. Ada ‘pas’ dalam kata ‘pasangan’, tak lebih, tak dikurangkan. Dan,
kamu paham betul akan hal itu.
Sebenarnya,
makna sederhana dari cinta ialah kenyamanan. Nyaman dan berterus terang inilah
yang membuat masing-masing dari kita masih di sini, saling menemani.
Bila
nanti malam kamu membaca tulisan ini, semoga kamu tersenyum. Tipis saja, tak
perlu lebar. Bukankah aku dan kamu selalu
mencintai secara cukup dan tak berlebih?
(IPM)
Surabaya, Juli 2015
#Ilustrasi
diunduh dari sini