Mimpimu itu terlalu tinggi. Kamu akan sakit bila tak bisa meraihnya suatu saat nanti. Mimpi, yang selalu kamu proyeksikan di langit-langit kamar sebelum terlelap, sampai kini belum pula terwujud. Akankah kamu merupa takut bermimpi?
Pernah
orang-orang sekitarmu berkata, “Kamu harus lebih bisa realistis. Kejar yang
semestinya.” Namun, kamu bukan tipe penurut. Yang menerima begitu saja
perkataan orang lain, lantas tak mencobanya. Kalau gagal kan baliknya juga ke aku, ngapain mereka yang repot,
katamu.
Terus
saja seperti itu, mereka menertawakan, kamu terus melakukan. Mereka menganggap
kamu bodoh, kamu tetap berjalan ke depan, dengan kepala tegak dan kacamata
kuda.
Ternyata,
apa pun yang belum terjawab, pelan-pelan semuanya akan terlihat seiring waktu.
Mereka yang dulu memandang setengah hati, entah mengapa kini mendekati. Mereka
yang di saat lampau menyebutnya lelucon, entah bersebab apa menjadi lebih ‘awas’.
Mereka, dan segala tingkah lakunya.
Ketika
mereka, orang di sekitarmu bisa berubah sesuai kehendaknya, kamu justru tetap
memegang satu: the people that doubt me,
motivate me.
Ada
kalanya kamu harus menutup telinga, membiarkan obrolan pesimis itu lewat begitu
saja, dan tetap terus bekerja. Untuk mimpimu, yang kata mereka dulu tak
realistis itu.
(IPM)
Bandung, September 2015
#Ilustrasi
diunduh dari sini