Tentu ada yang berbeda dari aku dan kamu semenjak
terakhir bertemu. Sekiranya, bergenap tahun lalu, lupa tepatnya kapan. Sudah
lama, mungkin juga teramat lampau. Sejak perbincangan gugup, ditemani
canda-tawa tanggung, kamu duduk dipisahkan dua piring sajian di depanku.
Oh iya, waktu itu hujan. Sangat deras. Hingga sangat
tak mungkin untukmu pulang cepat, dan aku pun menawarkan diri merupa ‘sopir
pribadi’. Kisah itu kian menggantung. Tidak ada kejelasan. Bahkan, sampai
perpisahan itu diretas, tak ada dari kita yang angkat bicara menyuarakan
kehilangan.
Barangkali, aku masih menomorsatukan gengsi. Anak
muda memang seperti itu. Dan, kamu juga tak mau kalah kuat, tak mau kalah
tangguh. Hilang sudah. Lenyap tak bersisa. Aku dengan kanvasku, serta kamu
dengan lembaranmu.
“Waktu itu penjawab...,” kata Ibuku, ketika
bercerita tentang bagaimana pertemuannya dengan Ayah. “Ibu tidak menyangka,
bagaimana mungkin, jarak yang teramat jauh terpisah, segala beda, tapi pada
akhirnya bersama,” lanjutnya.
Nyatanya, kehidupan memang mempunyai pola yang tak
bisa dimengerti manusia. Terutama tentang pertemuan. Ada konspirasi semesta,
bersama Tuhan, yang mengatur segala ‘kebetulan’. Tentu di luar kuasaku, serta
pula kehendakmu.
Selayaknya, aku hanya digerakkan oleh-Nya
menujumu, setelah bertahun salah arah entah ke mana. Bisa jadi kamu pun serupa,
melewati kelokan, terjerembab dan bangkit kembali, sampai akhirnya mengambil
jalan berputar untuk ke mari.
Proses itu, yang nantinya menjadi bumbu
perbincangan selagi menghabiskan waktu menua. Seseorang yang memiliki warni
masa lalu, selalu tampak tangguh. Dia telah berhasil melaluinya, dengan segala
usaha, dengan berbagai upaya.
Aku dapat melihat garis keras wajahmu, yang
meneriakkan mimpi besar. Airmuka yang akan selalu mendorong lelakinya untuk maju,
lebih hebat, lebih adigdaya. Tenanglah, kamu tak perlu ragu, aku juga menyimpan
hasrat setinggi langit yang ingin kucapai. Aku menyiapkan detilnya sedari dulu,
untuk digenapi bersama, bersediakah?
“Kamu, kapan kamu main ke rumah?” tanyamu, ingin
tahu.
"Secepatnya,” pungkasku.
(IPM)
Anyer, April
2016
#Ilustrasi diunduh dari sini