Dua
cangkir kaca itu masih terisi barang setengah. Almond milk pesananmu, dari ‘kurir’ yang sama sekali tak kau duga
kedatangannya. Dari dia yang spontan, sementara kamu yang segalanya baik
terencanakan.
Apa asyiknya menjalani hidup yang serba teratur?
Dan,
kamu akan menjawab dengan menjelaskan kepadaku dari A sampai Z, untuk kemudian
berulang kembali ke titik awal, lalu berputar. Perempuan, memang sangat pandai
bercerita.
Balasku?
Hmm, barangkali hanya diam
mendengarkan. Berusaha mendebatmu di kala seperti ini adalah satu hal yang
salah. Sangat tidak tepat. Maka, alangkah lebih bijak bilaku menahan kata.
Diam
itu bukan berarti kalah. Tidak sama sekali. Namun, lebih pada menyimak.
Memahami bagaimana alur berpikirnya dalam merespon sesuatu. Serta, setiap
orang, tidak terkecuali wanita, sangat menyukai lawan bicara yang ‘pasif’, yang
merupa telinga baginya.
Sepertinya,
dua atau tiga kali sudah kamu membuka tas selempangmu, yang menurutku ukurannya
sangat tanggung. Tidak besar. Tidak pula kecil. Labil, kataku, meski lebih
normal bila disebut medium-size.
Satu
saat, kamu mulai mengambil alcohol
penghilang kuman. Setelahnya, tissue
paper, lap kacamata. Lalu, yang lain, dan yang lain. Sangat lengkap. Hampir
saja aku mengira bahwasanya di dalam tasmu sedang dibangun sebuah minimarket. Iya, yang menyediakan
segalanya. Hmm, garing ya? Itulah
sebabnya aku tidak berkomentar.
Sanggup
kuterka bila keseharianmu pasti rapi tertata. Seperti barisan tentara yang
tengah upacara, nyaris tanpa salah. Pagi senantiasa seperti ini, siang begini,
sore begitu dan malam tak lupa harus strictly
sesuai rencana. Juga hampir benar, di dalam ponselmu hanya berisi to-do list yang panjang. Tentu, dengan
tenggat waktu. Sebab, tanpa itu, semuanya hanya wacana, bukan rencana.
Lagi, aku hanya mengira. Dan…
perkiraanku hampir pasti tepat adanya.
Sementara
aku, sungguh berkebalikan. Jangan tanya lebih rinci, pasti aku akan menimpali
dengan ‘bagaimana nanti’. Hidup itu harus penuh kejutan. Kadang berbelok,
kadang tersesat, kadang berbalik, atau kadang malah diam menanti arah.
Bila
di tasmu berisi segala macam ‘persiapan’, di folderku, kamu tahu, ada berbagai
macam ‘kejutan’. Satu sudah kubagi, selebihnya… nanti lagi.
Hey, bersiaplah!
(IPM)
Anyer, Desember 2017
#Ilustrasi
diunduh dari sini