Ada yang seharusnya masih bermata
malam ini...
Jam
digital di lenganmu menunjukkan dua belas lebih. Lewat tengah malam. Kamu pun
akan bergegas, berkemas, dan segera membenamkan diri dalam naungan.
Ya,
malam ini seperti yang sebelumnya. Selayaknya kemarin, tiga hari lalu, atau
juga minggu lalu. Sama saja. Hampir pasti, selalu kamu yang pertama pamit
mengakhiri segala perbincangan.
Entahlah,
semenjak artikel itu kamu cerna, ditambah buku Thrive buah karya Arianna Huffington yang kamu baca habis saat
menunggu boarding kuda besi di airport, kamu hampir tak tertarik lagi untuk
bermata di malam buta. “Tidur cepat, bangun lebih cepat,” pungkasmu.
Namun,
tidak dengan dia. Ya, cerita ini memang ditulis sebagai komparasi, antara kamu
yang mudah sekali terlelap dan dia seorang lagi yang nocturnal. Entahlah, ada saja yang dia lakukan di malam yang sepi.
Mungkin
benar, cara seseorang mengarungi malam ialah sangat bermacam. Ada sebagian yang
hanya memejam, membaringkan tubuh di lekukan sprei, serta dengan mudahnya mulai
tak sadarkan diri. Sebagian yang lain, barangkali justru segar bernyawa,
menunaikan pekerjaan sebagai kompensasi siang saat mereka terlelap. Sisanya
yang kecil, adalah porsi dari dia.
Ingin
sekali kamu menyelinap masuk ke lorong tempat dia menghabiskan malam. Diam-diam
saja kamu mengamati, mengerti, untuk kemudian memahami. Segala geriknya kamu
catat dalam laman notamu. Buku kecil merah yang kamu bawa ke mana-mana, yang
secara tak sadar tulisan di dalamnya meruah bahan ceritamu selanjutnya.
Lain
waktu, dia berkisah tentang bagaimana khidmatnya mengolah angka-angka. Dalam
balutan pajamas biru atau hijau, dia mulai
mengkalkulasi. Dia terka dan akhirkan konklusinya. Ya, sampai larut benar.
Di
kesempatan lain, dia terjaga oleh alunan nada musisi favorit, penyanyi lama
yang hampir pasti ‘anak sekarang’ takkan tahu siapa profil itu. Lucu memang,
seorang menyukai lagu, hanya berdasarkan intonasi. Bukan lirik, atau pula kalimat
yang disanjung sang penyanyi. Hmm,
hanya dua alasan di atas yang kamu terka, sisanya masih tanda tanya.
Ada yang seharusnya masih bermata
malam ini... Iya, dia. Namun, tak seperti biasa, dia telah terlelap. Dalam
lirih, kamu bertanya, “Dia mengapa?”
(IPM)
Anyer, Desember 2019
#Ilustrasi
diunduh dari sini