Pages
Darimu aku belajar…
Tentang berlayar jauh tanpa
adanya ombak adalah kebosanan yang utuh. Terkadang memang benar, kisah yang
dirajut, perlulah sesekali harus berlubang dan terbakar. Namun, dengan sigap, berusaha
bersama menimpanya dengan corak yang lebih Indah.
Aku ingin memberimu hujan.
Ronamu kian lelah paskah menjalani hari. Hingga, kukumpulkan beberapa awan untuk meruap mendung di tempatmu, teduhnya tenang, selaksa relaksasi khas alam. Kamu pun terlelap pulas.
Ronamu kian lelah paskah menjalani hari. Hingga, kukumpulkan beberapa awan untuk meruap mendung di tempatmu, teduhnya tenang, selaksa relaksasi khas alam. Kamu pun terlelap pulas.
Berkunjung
ke kediamanmu, satu hal yang tak bisa dibayangkan. Undangan ini pula bisa dikatakan
insidental. Tanpa rencana. Tanpa rancangan. Dengan bibir tersenyum, kemarin kamu bilang, “Makan malam di rumah yuk sesekali, nanti aku jadi asisten koki Ibu deh.”
.
.
Pernah kuingat dia menginginkan sebuah hadiah. Bukan cokelat,
bukan pula boneka, melainkan bunga. Tak biasanya dia mengingankan hal itu.
Hingga, kamu pun mulai mencari tahu.
Ini puisi ke berapa, aku sudah lupa.
Yang kutahu, ketika aku menulisnya, entah untukmu atau bersebab kamu, aku
bahagia.
Aku tak ingin memimpikan saat-saat itu. Momen ketika kamu
tetiba datang menanyakan kabar. Entah tulus, atau dengan maksud tersembunyi aku
tak mempermasalahkan. Seperti kemarin, tiada yang mengundangmu sebenarnya. Aku
pun sudah membiarkan rasa kita mengalir dengan sendirinya. Tanpa ada usaha
untuk lagi mengikatnya.
Sudah
terlampau petang menurutmu untuk kembali pulang hari ini. Berbekal ingatan masa
kecil, kamu memberanikan diri untuk berkunjung ke kawan lama. Cukup berkelok
alamat yang kau cari, tapi berakhir bertemu.
Aku diam saja.
Dia tetiba datang, meminta upaya.
Aku kegirangan.
Dia tetiba menebar banyak pertanyaan.
Aku semakin tinggi bermimpi, tentang itu-ini.
Dia tetiba seperti mengamini.
Aku berharap dia tahu.
Dia tetiba berseru, "Aku menunggu kau memulai lebih
dahulu."
(IPM)
Sketsastra, 2020
#Ilustrasi diunduh dari sini
I
am always confused about how to behave beside you. Your lovely face will be
both a reason and a cause. How it is possible that just because of a face, it
makes a man unable to act. To be nervous, or even unquiet.
"You
are very pretty. Even, too attractive…”
Subscribe to:
Posts (Atom)