Perlihatkanlah…
Jarang sekali aku memajang
potretmu utuh dalam bingkai di muka umum. Tak bersebab apa. Tidak pula
menyimpan motif tersembunyi di ujung sana.
“Aku hanya ingin kita eksklusif…”
Dalam anganku, setiap jalan cerita
dari dua insan adalah sangat pribadi. Kamu dan dia, bisa saja berbuat segila
mungkin dalam tiraimu. Namun, tidak untuk dibagi ke yang lain.
Apa yang kamu rasa, takkan
menarik apabila diterima pula oleh manusia lain yang bermata. Aku hanya untukmu, dan begitu jua sebaliknya.
Namun, lambat sudah sukmaku memahami.
Pengakuan, dalam bentuk sekecil apapun, entah mewujud gores kenangan, album
suara, ukiran nama, serta barangkali serupa tulisan, nyatanya sangat berarti.
Teori, terkadang tak cukup membantu lagi.
Tentu, aku pernah sesekali
menarik magnet perhatian dengan memanggilmu, “Nyonya, atau pula Ibu Negara,”
tapi selalu alpha kumenangkap respon
tersirat dan tersuratmu.
Kini, biarlah beberapa larik kisah
kubuatkan khusus untukmu. Aku ingin tahu. Atau, sangat ingin lebih tepatnya, melihat
dan memerhati gerikmu: Tersipu,
terganggu, atau justru terharu?
Perlihatkanlah…
(IPM)
Idham
PM | Sketsastra 2020
#Ilustrasi diunduh dari sini.