Tentu, kamu akan membaca tulisan ini…
Kalau kemarin aku tetiba
mengajakmu bicara, tentu saja itu bukan tanpa rencana. Ada kisah di balik
semuanya yang sangat rahasia.
Kau tahu, detil sekali aku
canangkan aksi itu dari beberapa saat lamanya. Tentang bagaimana kalimat
pembuka, nanti berbicara soal apa, lanjut dengan jokes picisan yang mana, serta berakhir dengan salam dan doa.
Segalanya telah rapi, dalam inderaku.
Yup, tadinya ingin meruak
selaksa itu. Namun, semua lenyap saat sapamu mendekat. Lidahku tercekat. Segalanya
buyar. Ambyar. Dan, mulai saja
canggung nyata menyambar.
Sayangnya, ini bukan lewat chat, bukan pula via pesan elektronik.
Berbicara langsung, meski hanya bertukar suara, rasanya tidak semudah itu
mengalir begitu saja.
Kalau boleh jujur, aku tidak
ingin tahu tentang bagaimana situasi PSBB di sana. Buat apa, televisi jauh
lebih lihai mengarahkan sumber. Juga, tak seberapa menarik bagiku tentang
urusan pindah ibukota ke Borneo sana. Berita daring telah banyak membeberkan
hal ini.
Yang kucari, hanya
kabarmu.
Baik. Atau bahkan terlalu baik,
hingga ceritamu sanggup menyulap dua-jam-enam-belas-menit menjadi barang
sebentar, oh, kekuatan magis macam apa
itu?
Tengah malam, suaramu menjauh,
memoria itu malah mendekat, sepasang mata tak bisa lamat tertutup rapat.
Tentu, kamu akan membaca tulisan ini, entah kapan…
(IPM)
Idham
PM | Sketsastra 2020
#Ilustrasi diunduh dari sini.